KAMPUS
BICARA
(Bagian 3 - Selesai)
Merekah
sinar jingga dari sudut timur, menelisip di setiap sela-sela partikel.
Berhembus sinar matahari itu di jendela kamarku, berteriak di mukaku bahwa kini
telah pagi. Sinarnya cukup terang meski tak terik. sepertinya sudah waktunya
aku harus bangun. Meringis aku berusaha membuka mataku selebar mungkin. Terasa
berat diri digelayuti kantuk yang terkumpul semalam. Kuraba lantai kamar
disamping tempat tidurku, Sial! Kulihat angka jam handphoneku 7.30! aku
kesiangan! Rasanya ingin sembunyi saja dibalik selimut dan lembut kasur,
melewatkan hari ini seperti lupa ingatan bahwa aku ada kuliah pagi.
Aagghh…. lawan! Bergegas ku bangkit meski sedikit berkunang pandangan mata ini, menyiramkan air dingin di sekujur tubuhku, mengusap-usapi tubuh dengan busa sabun, meremas rambut dengan licin shampo, menghajar gigi dengan pasta gigi lalu meludah di lantai kamar mandi dengan keras! Sial kesiangan, aku harus cepat!
Jalanan
bergemuruh mesin, tiada henti orang melaju entah kemana, tiada habis gelindingan
roda-roda karet di permukaan aspal.Aagghh…. lawan! Bergegas ku bangkit meski sedikit berkunang pandangan mata ini, menyiramkan air dingin di sekujur tubuhku, mengusap-usapi tubuh dengan busa sabun, meremas rambut dengan licin shampo, menghajar gigi dengan pasta gigi lalu meludah di lantai kamar mandi dengan keras! Sial kesiangan, aku harus cepat!
Meski awalnya enggan namun aku masuk juga diruang kelas, nekat tahan malu dan berharap adanya permakluman di pertemuan pertama. Namun ternyata aku tak seberuntung yang aku pikirkan. Mr.Kuwondo begitu orang-orang memanggilnya, tak diijinkan aku masuk kelasnya. Punggungku pegal sekali, mataku masih sedikit rabun, tambah sesak hatiku rasanya.
Kuturuni tangga kampus, mengarahkan diriku kembali kekasur kamar kosku. Seorang berambut basah tegopoh-gopoh berlari kecil sambil menempelkan handphone ditelinganya, “TA gundulmu! Aku aja gak tau…”, Suaranya memudar. Cukup familiar, seperti pernah melihatnya.
Sampai kamar kos kubanting diriku diatas kasur, eh aku ingat! orang tadi salah satu anggota grup filsafat semalam. Aih.
“Gubrak!” eh apa tuh? Aku bangun melihat luar kamar, sepeda motor jatuh dan seorang berusaha mengangkatnya. Bang Iman rupanya. 4 tahun diatasku.
Kubantu angkat motornya.
“Hati-hati bang, gerbang sini emang licin”.
“Iya
ni, karena ngantuk aja sebenernya”.
“Darimana emang bang, dari semalam baru pulang aja ni?”
“Darimana emang bang, dari semalam baru pulang aja ni?”
“Biasalah
rapat”.
“Sampai
jam segini?” Aku heran
“Kalo
banyak orang nggak mau ngalah ya mau ambil keputusan jadi lama kan?”
“Bener…bener…bener...
aku sepakat bang”.
“Nggak
kuliah?”
“Telat
bang tadi, Mr.Kuwondo”.
“Hehehehe…”.
Dia tertawa terkekeh-kekeh sambil memarkir motornya yang sudah berdiri.
“Hehe..
asem”. Aku ikut tertawa saja, meski kecut. “Abang gak kuliah?”
“Ngejek
ya? Aku udah tutup teori kali. Cuma belum lulus aja, harusnya skripsiku ini
udah kelar dari kemaren-kemaren, jadi sekarang udah lulus. Harusnya sih”.
Sambil masuk kekamarnya.
“Hehe
maaf bang gak bermaksud, sumpah cuma nanya aja”. Aku juga masuk kamarku
sendiri.
SELESAI
Cerbung kampus bicara (Bagian 1-3) karya :
Rahman Yaasin Hadi
“kenapa
memperdebatkan prinsip jika setiap jiwa punya gejolak yang berbeda-beda?”
0 Komentar:
Posting Komentar