(PE)MIMPI



Cerita adalah suatu karangan, kisah adalah kenyataan. Bagaimana jika terjadi kisah dalam cerita? Bisakah aku menyebutnya kenyataan dalam suatu karangan? Membingungkan dan menipu. Banyak sekali penipu dan tipuan di sekitar kita, termasuk dalam diri kita sendiri, sadar atau tidak kadang kita menipu diri kita dengan karangan-karangan yang kita sebut dengan nama “mimpi”.
Siapa yang tidak suka dengan mimpi? Sebab mimpi itu menawarkan suatu keadaan yang tidak kita miliki saat ini. Dengan mimpi, manusia mempunyai warna di kehidupannya.
Banyak sekali pengobral mimpi disekitar kita, membuat kita hidup dalam angan-angan. Tapi kuatnya mimpi seringkali tidak diimbangi dengan sifat rajin dalam diri kita. Begitu terbuai dengan mimpi-mimpi yang indah sampai-sampai kita tak sabar untuk segera mendapatkannya, namun kita hanya duduk diam, tak melakukan apa-apa, dan menunggu indahnya mimpi itu terwujud dan datang menghampiri kita yang sedang duduk ini.
Begitu banyak mimpi-mimpi indah yang tersedia di sekitar kita, dan diantara kita banyak sekali pemimpi, namun sangat sedikit pengejar mimpi diantara kita, kebanyakan dari kita adalah golongan orang yang menunggu mimpi itu terwujud dengan sendirinya. Bukankah kita sudah merasa seperti Tuhan?

TIBA DENGAN TIBA-TIBA

Apa rasa dari kecewa?
Berkemelut dalam dada?
Membebani kedua ujung bibir kita,
Sehingga sulit untuk membuatnya melengkung naik?

Kadang ada harapan dan angan-angan
Yang sebenarnya tidak dikehendaki
Namun melekat dan terpancang kokoh
Dengan tiba-tiba, dengan sendirinya.

Sedalam harapan yang itu
Tak dapat diusahakan,
Sebab ia bukan tujuan dengan langkah-langkah meraihnya

MUAL

Kita semua sudah sama-sama muak
disuguhi oleh hal-hal yang memenuhi kelenjar pembodohan.
Kita semua sudah sama-sama pusing
dengan bising suara-suara yang penuh tipu daya

Kita tak tahu harus percaya lagi kepada siapa dan apa (manusia)
bahkan kita tak tahu sebenarnya ini zaman apa?
Telah menjadi stigma dan merekat kedalam kepala kritis kita
bahwa akan selalu berprasangka buruk pada penguasa yang bukan pemimpin sejati.

Teori-teori konspirasi itu kini semakin jelas adanya
bahwa Dajjal dan kapitalis-kapitalis itu,
perlahan akrab dalam setiap nafas dan perjalanan.
simbol-simbol kemegahan dan kejayaan tak ubahnya seperti lintah yang berkamuflase.

Kita sama-sama bingung
Kita sama-sama marah
tapi kita tak tahu harus bagaimana.
Sistem jahat itu telah meringsek dan menjalar begitu dalam.

Ini membuat kita menjadi mual,
membuat semua orang ingin memuntahkan isi dalam perutnya
tapi begitu banyak aturan yang melarang
dan begitu gila lantai yang ingin diludahi itu

Tak bisa berbuat apa-apa
beresiko larut didalamnya
dan semakin lama menganggap ini semua hal biasa
menunggu langit runtuh dan kita tak siap menghadapinya?

Yogyakarta 31 Maret 2012
3:31 WIB

APA INI


Ulah siapa ?
Yang menghapus kabut dari partikel udara,
atom demi atom,
proton-neutron demi proton-neutron,

Ada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditampilkan,
biarkan mata ini mengikuti sebagaimana kaki melangkah.
karena ada tampilan yang sebenarnya adalah pergelutan pikiran dan perasaan sendiri
yang seringkali tak beralasan.

Ditipu,
otak kiri memproduksi daya nalar yang kritis,
menghinggapi setiap imajinasi dan mimpi
kemudian menggerogotinya perlahan
menampilkan sebuah kenyataan.

Kenyataan atau hanya khayalan tandingan?
Aku tidak tahu. Tapi yang kutahu fakta itu,
adalah sesuatu yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri.
Selain itu tentu sebuah prasangka.

Yogyakarta 28-3-2012
23:18 WIB

HANTU HANTU DALAM KEPALA

Aku dihantui oleh pikiran-pikiran yang kuciptakan sendiri,
dari hasil prasangka yang tak bisa dipertanggungjawabkan.
Penilaian yang begitu dangkal,
dan kenaifan yang merajai diri.

Aku dikejar oleh bayangan yang kuciptakan sendiri,
namun timbul secara naluriah
seperti kecurigaan yang timbul secara alamiah
namun tetap belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Aku tak seharusnya terjangkit pertanyaan-pertanyaan semacam itu
sungguh suatu kepicikan dan kenaifan yang menjadi-jadi
obsesi yang melupakan segala unsur-unsur baik
dan siap berubah menjadi ambisi.

Karena itu seharusnya aku menggali kedalaman hati
melapangkannya dan bersiap dari segala kemungkinan
mengubur pertanyaan ini
lalu menunggu kenyataan atau kejujuran yang akan muncul sendiri.

TUDINGAN !

TUDINGAN !

     Sintaksis, Metafor, Semiotik-semiotik yang rumit tertorekhan supaya terceremin nilai estetika yang tinggi, tapi pada kenyataanya etika bahkan logika bahasa tercampakkan. lalu apa yang dicari lagi? dimana letak keindahan itu jika kamu sendiri tidak mengetahui maknanya dengan jelas? bahkan parahnya kamu selalu menolak ketika dikritisi untuk dikaji setiap huruf, kata, lalu kalimatnya, kau bilang itu hanyalah omongkosong. oh tapi aku tidak berpandangan demikian, kajian itu yang akan menggiring kita menuju logika dan etika yang tepat. ah kamu masih saja seperti tokek, memanggil namamu sendiri. nilai-nilai kebodohan dan kesalahan yang kau lontarkan untuk orang-orang, sebenarnya itu juga melekat pada dirimu, diri kita juga. berkata-kata tak jelas, terlalu suci namun tak juga mengerjakannya. buat apa berkata-kata jika itu hanya akan membunuh diri sendiri? petimbangkan saja dulu logika dan etika baru kau kaji estetika.

Yogyakarta, 21 Januari 2012
01.11 WIB

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH