Jangan kau salahkan diriku. Biar aku yang menyalahkan diriku sendiri!

JANGAN KAU SALAHKAN DIRIKU!
BIARKU YANG MENYALAHKAN DIRIKU SENDIRI!


Maafkan hatiku yang sedang tak lapang.
Maafkan pikiranku yang sedang memberi penafsiran yang tak menyenangkan.
Maafkan memangku sedang begini.

Tak kah kau dengar maafku?
Sehingga kamu terus, tanpa henti
menyalahkanku.
Aku. Dan Aku, Lalu Aku, Sampai Aku.
Lagi-lagi Aku.

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART III bagian 2)

Ah Kampus (Part III) Bagian 2   

    Siapa yang salah ? baiklah aku! aku yang salah! lagi-lagi aku! selalu aku! dan aku! hahaha..
    Ah kenapa aku harus tertawa. Yah paling tidak menghibur diri sajalah. Tapi aku harus berusaha, setidaknya ada perlawanan. KE WARNET! oke! Setelah sedikit bersusah payah mencongkel "Celengan" langsung lenggang menuju warnet terdekat.
    Sampai di warnet tak langsung mengerjakan tugas, 30 menit kupergunakan untuk menulis di blog.

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART III)

AH KAMPUS (PART III)


        Hari ini benar-benar minggu yang malas. Malas mandi, malas beraktivitas, malas keluar rumah sekalipun. Inginku hanya tidur-bangun-makan-nonton tv-tidur-bangun-tidur-dan tidur. Rasa lelah selama beberapa waktu beraktivitas di pekan lalu seakan sedang keluar dari persembunyiannya, berkumpul di minggu ini, menuntut istirahat, menyebabkan rasa malas itu datang lagi. Ah minggu yang malas, lihatlah mahasiswa seperti aku ini sedang bermalas-malasan. Bukannya aku bangga, sebenarya aku menyesal karena kehilangan beberapa kegigihanku.
       Tidur-bangun-tidur-bangun. Teryata sudah hampir pukul tiga sore. Aaa.. iya aku lupa. Aku ada janji dengan seorang kawan, survei tempat ke pantai untuk acara makrab UKM. Dan aku juga lupa ada banyak

Hanya Ingin Berbohong


"Hanya Ingin Berbohong"
(Puisi, Karya: Rahman Yaasin Hadi)

Aku hanya ingin Bohong.
Membohongi hatiku sendiri,
ketika melihatmu melintas angin didepanku,
tanpa kata,
tanpa sapa,
tanpa senyum...

                    Aku diam. Karena aku ingin bohong.
                    Tapi aku bukan pembohong.
                    Aku hanya ingin menipu diriku sendiri.
                    Hanya ingin tampak segar.
                    Hanya ingin seperti seorang pemenang ketika berjajar denganmu....

Yang kurasakan adalah, ngilu.
Yang kukatakan adalah, biasa saja.
Yang kurasakan adalah, getir.
Yang kutampakkan adalah, hambar.
Yang kurasakan adalah, ingin berteriak memanggilmu.
Yang kulakukan adalah, diam saja.

                   Aku memang bohong.
                   Jangan tanyakan mengapa
                   Jangan sekalipun heran
                   Karena aku memang ingin berbohong.
                   Hanya ingin berbohong.

Karena pisaumu masih menancap tajam, di dalam hati sini....

Rasaku Tentang Menulis

Rasaku Tentang Menulis

Memang terkadang menulis itu sulit. Pena seperti tercekat-cekat tak mengeluarkan tinta. Pena/tuts keyboard terasa bergejolak, memberontak hati, tak mau diajak kerjasama untuk mengungkapkan segala rasa, segala ide luar biasa yang terasa didalam hati sini. Menulis membuat pusing, membuat gundah ketika kehabisan ide.

Menulis membuat kita menyelipkan sebatang rokok untuk dihisap dalam-dalam, sambil menggaruk-garuk kepala. Menulis membuat kita menyetel lagu-lagu yang dapat menenangkan dan memberi inspirasi. Menulis membuat kita berjalan mondar-mandir memikirkan, dan terus berpikir tentang ide. Menulis membuat kita membuka jendela dan menatap hujan yang sedang menyirami bumi. Menulis membuat kita menutup mata, dan bergumam ".Sial!!! Ayolah..., ayolah!". Menulis memaksa untuk membuka-buka buku bacaan atau surfing internet untuk mendapatkan bahan. Menulis membuat kita mengeluh dan mengeluh dan mengeluh.

Ya, menulis terasa sulit.... Terasa sulit karena tak terbiasa untuk menulis. Karena menulis itu juga membutuhkan kecerdasan tersendiri. Menulis memaksa kita untuk berpikir logis sistematis. Membuat kita merasa janggal ketika tulisan menjadi kesana-kemari karena keluar dari kerangka, atau sub bahasan. Menulis memaksa untuk mengolah rasa dan kreativitas, membuat kita mencari ide-ide, membuat kita merasakan sebuah gairah dalam susunan kata-kalimat. Menilai-nilai, membacanya berulang-ulang dengan harapan tulisan itu dapat mewakili perasaan dengan 'tepat'.

Tak masalah bahwa menulis itu sulit, karena itu merupakan sebuah kesenangan sendiri. Tunggu,  kesulitan adalah kesenangan? Ya, kesenangan, kau tahu mengapa? karena dari kesulitan itu membuat kita semakin dewasa. Karena kesulitan itu mengharapkan kita untuk mencari penyelesaian (Bukan berlari menghindar, kawan!). Karena dari kesulitan itu memaksa kita untuk menajamkan perasaan, menajamkan logika, dan memperluas pengetahuan. Dengan terbiasa menulis kita akan mencari kosakata-kosakata baru, sehingga ketika menemukannya akan membuat kita semakin kaya dalam kata. Dalam mengekspresikan diri melalui kata-kata (Tulisan). 


Dengan menulis kita tak akan mati ditelan zaman. Kita akan abadi karena kita mempunyai sebuah karya. Dengan menulis kita dapat memunculkan diri, memunculkan pemikiran. Menulis adalah ekspresi, mengekspresikan rasa, mengekspresikan pemikiran. Menulis akan mempertajam indra-indra kita. Kita akan selalu mencari inspirasi dengan mendengar, dengan meraba, dengan melihat, dengan berpikir, dengan dan dengan dan dengan.... Ya, menulis membuat kita semakin peka.

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (Bagian II)

Ah Kampus (Bagian II)

'Tik...tik....' Jari berjentik didepan komputer dengan gesit, merangkai beberapa kata. Berada didepan komputer membuatku betah, menggarap proyek Novel, dan mendengarkan beberapa lagu dalam playlist.

Hoahm.... Mulai menguap, mata ber-embun. Kulihat jam dinding menunjukkan waktu sebelas malam. Ah baru jam sebelas.

Kunyalakan Internet, membuka website kampus. Sekedar memastikan jadwal kuliah besok. Ya, jam 7 pagi, Dosen yang sama, matakuliah yang sama. Kuraih tasku, kulihat lembarjawaban kuis pagi lalu. Angka merah '1,5' berteriak mengejekku, menunjuk-nunjuk mataku. Ah sial. Aku harus belajar !

Kututup Proyek Novelku. Masih memperdengarkan playlist musik yang sama di komputer, hanya mengurangi volumenya. Kubereskan meja belajarku, menghamburkan beberapa buku dan catatan. Kubuka binder kuliah, membuka catatan matakuliahku besok pagi. Teringat. Oiya aku lupa, belum menyelesaikan catatanku. Masih dengan semangat yang menggelora, berbalas dendam. Akan kulampiaskan pada belajarku malam ini. Ya! Semangat begitu berlipat.

Lima lagu telah bergema. Enam.... Tujuh.... Delapan.... Sampai Duabelas lagu.... Ah selesai sudah catatanku, selesai sudah semua catatan matakuliah yang tertinggal. Ku kibaskan tangan, meregangkannya karena pegal. badanku juga ikut pegal rupanya, maka kulakukan senam sejenak.

fuh! jam 12 lebih. Lanjut lagi! Harus kukejar beberapa materi. Kubuka-buka buku setebal 600 halaman yang tadi siang ku pinjam dari perpustakaan. Membaca-baca sekilas, mencermati kata demi kata. Kuselipkan sebatang rokok dibibirku, kubuka jendela kamar lebar-lebar. 'Jres!' Rokok menyala. Fuh! kuhembuskan dalam-dalam. Seperti ada perasaan lega.

"Asas Oportunitas dalam Hukum Acara Pidana bertentangan dengan Asas Legalitas. Dalam praktek hukum, Asas Oportunitas ini dimiliki oleh Jaksa. Sebagaimana diatur dalam pasal 8 Undang-Undang Pokok Kejaksaan Nomor 15 tahun 1961, dan dipertegas dengan penjelasan pasal 77 KUHAP". aku bergumam menirukan bunyi teks buku. Tunggu tahun 1961? Sepertinya sudah terlampau lama? Jangan-Jangan Buku ini sudah kadalwarsa? Kulihat halaman depan buku berbunyi "Cetakan ketiga tahun 1990". Alamak...! Tak bisa sepenuhnya percaya! Seingatku Undang-Undang pokok kejaksaan diatur lagi dalam undang-undang yang baru. Undang-undang nomor 16/2004 jika ku baca di catatan yang baru saja ku salin.

Begitulah aku terus mengkaji, dan larut. Tak terasa sudah jam setengah dua dini hari. Tampaknya aku harus istirahat, aku mulai ngantuk. Atau aku tak usah tidur agar tak terlambat lagi? Ah, jangan, besok agendaku cukup banyak, aku bisa pusing, bisa drop karena kehabisan tenaga. Baiklah aku tidur saja. Ku beres-bereskan kamar. mengemasi beberapa barang yang musti aku bawa kekampus besok. Cuci kaki tangan, dan gosok gigi tak lupa mematikan komputer. Kemudian berangkat tidur.

'Tik... tik...  tik... tik....' Jam dinding terasa berisik. Berkali-kali kubalik-balikkan badanku, merasa tak nyenyak dengan posisi tidur. Ayoh tidurlah... tidurlah... aku harus bangun pagi.

Beberapa menit berlalu dan aku masih saja belum tidur. Aku berdiri dengan malas dari tempat tidurku, mengambil sebuah novel. Membacanya sambil tidur. Beberapa halaman.... Beberapa bab....

Mukaku terasa nyeri terkena sinar Matahari. Kulihat sinar pagi merayap-rayap menusuki diriku. "ASTAGA !" Aku memekik.

"Sudah jam berapa ini?!" Dengan gegabah aku bangun menelusuri dinding mencari jam dinding yang menunjuk nunjuk. "SIAL! jam setengah sepuluh pagi!"

Aku terlambat lagi. Dan bukan hanya itu, aku langsung terlambat dua mata kuliah. Sial! Dan astaga sudah berapa lama aku tak melakukan sholat subuh tepat waktu.

Sial! Absensiku menjadi sangat parah!

Kuraih handphoneku. Ingin kuhubungi seorang teman, memastikan, dan semoga matakuliah tadi kosong. semoga-semoga....

Ku ketik-ketik pesan singkat dan kukirim pada teman sekelasku. tak berapa lama dijabawnya, bahwa Dosen tadi melakukan Kuis lagi, dan temanku itu juga marah, karena aku tak mengembalikan catatannya tepat waktu.... Ah..., habis sudah semangatku.

BERSAMBUNG

Lewat Tengah Malam

Lewat Tengah Malam

Lagi-lagi. Ah, aku tak bisa tidur. Apakah aku mengidap penyakit insomnia? Atau hanya sebuah kebiasaan yang berlangsung lama, kemudian menjadi sebuah main set? ah, yang jelas aku tak bisa tidur. Dengan kebiasaan seperti ini mungkin aku akan sering mengganggu para hantu yang sedang bertugas jaga malam.

Kubuka lagi Roman Jejak langkah karya Pram yang nyaris rampung kubaca. Hanya bertahan beberapa menit. Tampaknya tak ada niatan menyelesaikan malam ini. Tiba-tiba mulutku terasa masam. Dengan sigap kucari persediaan
rokokku. Ah sial ! habis... Tumpas semua. Sudahlah tidur saja....

Badan tergolek diatas kasur. Anganku melayang di langit-langit kamar. Tak khusyuk. Berkali-kali kubolak-balik badan, bak ikan yang dibolak-balik diatas panggangan. Tak kurasakan nyaman. Aku bangun lagi, duduk diatas kasur. Pandanganku merayap pada sebuah jarum-jarum kecil jam tangan yang tergeletak diatas meja, susah payah pandanganku berusaha meraih jarum-jarum dan membaca angkanya. Pukul 12 malam tepat. Ku masih tak percaya, kuraih handphoneku. Ternyata benar pukul 12 lebih beberapa menit.

Sepi. Kok tiba-tiba merasakan sepi. Apa perlu membalas pesan-pesan singkat dari beberapa wanita yang tak kupedulikan itu. Berharap mendapatkan teman mengobrol. Atau menghubungi beberapa mantan? hmmm..., ah tidak. Apa-apaan?

Beberapa lama aku bergulat dengan pikiranku sendiri, tak menemukan rasa kantuk dan keputusan, akun langsung berdandan, untuk keluar rumah. Bersiapku keluarkan motor, tapi jalan sajalah. Akhirnya aku jalan kaki. melewati beberapa gang. Sepi, sedang apa orang-orang ini?. Aku terus jalan, dan sampailah dipinggiran jalan raya. Warung angkringan Pak Somat. Aku mampir dulu lah, sekedar minum dan merokok.

"Susu putih hangat satu pak!" pesanku pada Pak Somat, "Rokok masih pak?" tambahku, dan segera kuraih sebatang rokok dari kotak persediaan Pak Somat.

Dengan sigap Pak Somat membuatkan minuman hangat itu. Segera kutenteng, kucari tempat duduk di pinggir Ruko yang sudah tutup. Duduk dilantai, melihat kendaraan yang lalu lalang. Entah kemana perginya mereka? tak ada habisnya.

Aroma Susu begitu harum. Aku percaya susu putih dapat mendatangkan rasa kantuk di malam hari. Asap rokok mengulung-gulung keruh. Kutengok jam tangan yang menujuk nujuk pukul setengah satu malam.

Ah sudah lewat tengah malam. Sepi.... Tapi aku tak pernah kesepian. Karena dalam sepi pun aku berkawan akrab dengan sebuah 'Sepi'.  Dingin. Tapi aku tak merasa kedinginan karena 'dingin' juga kawan akrabku.

'Brrrr....' Handphone ku bergetar. Ah siapa lagi yang menghubungi di tengah malam ini. Perempuan itu kah? Maaf aku tak bisa sejalan denganmu. Tak usahlah saling mengganggu. Eh! Ternyata bukan.... Bukan Perempuan itu.... Kukucek mata. Kurasa aku mengenali nomor ini. Dulu! ya, dulu pernah kuberi nama dalam phonebook sebuah nama 'Sweetheart'. Dulu.... ya dia mantan kekasihku. seperti tersambar petir aku di Lewat tengah malam ini.

     <  Sudah lama nggak ada kabar mas? =)  >  08564xxxxxxxx .. 00:40 WIB

Haha. Aku tersenyum bahagia. Aku bingung apa yang akan kubalas. Atau lebih baik tak kubalas? ah jangan. ini kesempatan. Ah, tapi bagaimana jika dia hanya mempermainkan? atau ada maksud lain? Ah, aku masih bingung. Kuambil sebatang rokok lagi dan menghisapnya dengan penuh canggung perasaan. Ah Sudahlah kamu masa laluku....

     <    Udah tidur mas?   > 08564xxxxxxxx .. 00:50 WIB

Sudah cukup...! aku sudah berkomitmen melupakanmu.... Apalagi yang kamu inginkan? Kamu sudah menang dengan mendapatkan pengganti yang lebih baik dari diriku.

"Mas! Mas!" Aku bangun. Gelagapan. Pak Somat membangunkanku. Ternyata aku tertidur di pinggiran Ruko.

"Sudah lama aku tidur pak?" Masih belum hilang rasa kagetku.

"Ya, lumayan. Bapak udah mau tutup ni, dik," kata pak Somat sembari mengemasi dagangannya.

Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul setengah 2 dini hari. Ah, masalaluku? Dengan panik ku rogoh handphone di kantong celanaku. kuperiksa inbox tak ada pesan apapun. Tak ada pesan dari masalalu itu. Ah sial aku hanya mimpi !

Kubayar jajananku, dan pulang dengan limbung. Kikuk sendiri.

.SELESAI.



Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa*

Ah Kampus

Tempat parkir sudah sangat ramai, penuh motor. Setelah berhasil mendapatkan tempat untuk memarkir motorku, kutengok lagi jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kiriku. Pukul 7:30. Sudah terlambat duapuluh menit! semoga saja aku boleh masuk. Ini minggu kelima di awal semester empat kuliahku, dan dapat dihitung berapa kali aku masuk kuliah pada tiap matakuliahnya. Aku sudah banyak ketinggalan. Kuhisap rokokku sampai penghabisan dan membuangnya begitu saja.

Tiap gedung kampus ini melihatku sinis, seakan aku alien yang tersesat masuk area kampus pada jam-jam perkuliahan. Sepi. Lorong-lorong kampus sepi, pastilah semua orang sudah berada didalam kelas. langkah terasa berat, semakin berat ketika menaiki tangga mendekati ruang kuliahku pagi ini. Rasanya aku ingin balik arah, dan lari! kembali kerumah kemudian tidur. Tapi aku sudah sampai didepan pintu kelas.

'Tok...tok...' Pintu kuketok, kubuka perlahan. Kelas hening! beberapa pasang mata melirik, mengejekku.

"Assalamualaikum" Ramahku. Segera ku cari kursi yang masih kosong untuk duduk.

Selamat! Dosen tak marah padaku. Tapi, tiba-tiba ada sesosok yang berdiri didepanku. kuangkat pandangan pelan-pelan. ah pak Dosen! aku hanya nyengir. Beliau tak peduli, langsung memberikan sepucuk kertas, kemudian kembali ke singgasananya.

Sial! kuis!

Kulihat kertas berisi sepuluh soal.

"Kerjakan sendiri.. waktu tinggal sepuluh menit !" Pak Dosen bergaung.

Apa-apaan ini? aku masuk kekelas ini untuk mengejar ketinggalan, untuk menebus dosa membolosku. Sepuluh menit menjadi waktu yang sangat lama. kusapu pandangan di ruangan kelas, semua Mahasiswa mengerjakan dengan khusyuk.

"Kerjakan sendiri! Kuis pada pagi ini mempunyai prosentase yang besar dalam penilaian!" Pak Dosen semakin menggelegar.

Keringat dingin mengucur. Beberapa kali pak Dosen tampak curiga padaku karena kertas jawabanku masih melompong.

Ini bukan masalah apa-apa. Ini adalah kredibilitasku! aku mahasiswa, aku aktivis yang selalu dipandang tinggi oleh kawan-kawanku, karena nilai akademisku yang hebat. Apakah aku akan hancur? apakah hanya karena Kuis ini aku hancur? membuat nilai mata kuliah ini merosot tajam nantinya. Ah aku Mahasiswa yang semester kemarin menaklukan dosen garang, membuatnya memberiku nilai A. Nilai yang jarang diberikan Dosen tersebut pada para mahasiswa.

Waktu sepuluh menit kupergunakan untuk menyesali perbuatanku lalu. kuingat kembali. Ah aku yang salah! Membolos! Begadang semalaman! Ttak bisa bangun pagi! Terlalu nyaman tidur kemudian merelakan membuang waktu, tidur hingga petang! membuang-buang kuliahku! Aku yang sombong! Karena nilai-nilaiku yang sempurna, karena aku telah menaklukan beberapa dosen garang, menjadi lupa diri! Aku yang salah aku tak mengatur waktu!

"Waktu habis. cepat kumpulkan!"

Aku hanya bisa menjawab seadanya, kesana-kemari tak beraturan, sekenanya. Dan aku yakin, jelas salah!

Aku menggumpulkan kertas Kuis dengan pasrah. Kertas langsung dibagikan lagi secara acak, dan dikoreksi.

AH! betapa malunya aku! namaku terpampang dikertas itu! Benar saja, setelah dikoreksi dan dikembalikan terlukis sebuah tinta merah bertuliskan angka 1,5.

Tamat! hilang semangatku mengejar semua ketinggalan.

Aku diolok-olokkan didalam kelas.

NGANTUK

NGANTUK

Aku ngantuk. Aku ingin tidur. Tapi aku tak mau tidur, aku ingin terus hidup.
Produktif!
Aku lelah, aku lemas, aku pegal-pegal, rasanya remuk.
Agh! punggung ini. ya..., punggung ini rasanya remuk.
Tapi aku belum ingin istirahat dulu, aku masih ingin bernyawa.
Aku melayang-layang, badan ini ringan. Ahg!!!

Aku belum ingin tidur!!!
Aku masih ingin berdiam diri.... Merenung.... Mendengarkan suara hati.
Kadang kadang pikiran dan perasaan sangat berisik didalam sini. berdebat....
Entah apa yang diperdebatkan.
Ah lebih baik aku ngantuk saja.
ya...,
Aku ngantuk. lemas. pegal. remuk. melayang. aku ingin tidur sekarang...!!!

SOREKU

   SOREKU

Hari bagaikan terangkum dalam sebuah waktu yang dinamakan sore hari. Sore bagaikan sebuah kereta transisi penghubung atara terang menuju petang, mengangkut jiwa setelah seharian beraktivitas penuh peluh membanting tulang, menuju aktivitas yang lebih teduh atau peristirahatan

Sore hari adalah waktu yang nyaman. Tempat merengangkan otot pikiran, dan perasaan yang kaku. Sore yang Sempurna adalah sore yang cerah. Matari yang mulai tua menyelimutkan hangat cahaya yang paling ramah, menghangatkan kulit dan syaraf-syaraf yang letih. Pun dewi angin tak mau kalah, dia menari lembut, menyejukkan, membelai perasaan yang jenuh. Cahaya sang surya dan udara semeribit dewi angin berduet dengan cantiknya menghibur seluruh rasa, berkolaborasi antara hangat dengan sejuk. menentramkan hati.

Sore hari adalah waktu dimana banyak cerita.
Sore hari itu adalah saat aku patah hati. Memacu lari sepeda motorku bagai kilat menuju bukit bintang, aku duduk di pinggiran jembatan menatap kota dengan hampa, merasakan senja yang semakin menua.
Sore hari itu adalah saat aku masa Orientasi SMA. Jenuh menunggu jemputan yang tak kunjung datang, kemudian aku dihampiri kawan-kawan baruku diajaknya bermain bola penuh peluh.
Sore hari adalah disaat aku berdandan rapi nan wangi, bersiap kencan dengan seorang gadis idaman.
Sore hari itu adalah disaat aku seorang diri menonton film, ditemani secangkir susu hangat.
Sore hari adalah disaat aku berulang tahun, terharu atas kejutan dari kekasihku.
Sore hari itu disaat aku mengantarkan empat kambing dengan mobil butut, bersusah payah menuju atas bukit pelosok pedesaan. dan Mobil mogok selama 5jam.
Sore hari adalah ketika aku dihadang di tengah jalan sepulang sekolah, dikeroyok.
Sore hari adalah ketika aku rusuh dijalanan dengan teman gengku tawuran dengan SMA musuh.
Sore hari adalah ketika aku duduk berdua dengan kekasih di sebuah taman kota, kami asik bercengkrama.
Sore hari adalah manis, pahit, masam, pedas, asin, gurih. Sore hari adalah cantik dan aku jatuh cinta padamu.

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH