LIMBUNG

LIMBUNG

Aku ingin menulis,
Sampai kata itu habis
Sampai tiada makna terlukis
Sampai kematian membatptis.

Aku ingin berkata-kata
Meski seringkali bualan semata
Meski kemunafikan berjuta-juta
Meski membangun kerajaan derita.

Aku ini orang bodoh
Yang tak pernah menyadari
Kemudian menjadi meyakini

UNTUK PENCARI KESENANGAN?

UNTUK PENCARI KESENANGAN?

Berbekal harta yang akan dihamburkan.
Kesenangan itu berbagi
Ketika bersama orang lain
Bukan lahir dari dalam seorang diri.

Kesenangan adalah air laut
Ketika diminum maka haus tak pernah terobati
Bahkan mengendap di dasar diri
Dan bersiap infeksi, membusukkan diri.

Kesenangan menjadi belenggu
Kesenangan tak memandang baik buruk

PERJALANAN JAUH

PERJALANAN JAUH

Mencari serpihan jiwa
Memungut puing-puing ide
Menapakkan langkah-langkah hati
Merakit prasasti.

Melihat kereta api melintas
Kokoh, kuat, memandang tegas kedepan
Tanpa keraguan,
Menorehkan senyum, dan melambaikan salam.

Anak muda menggendong ransel
Mencium tangan orang tua
Dititipi doa

BEBERAPA HELAI KATA UNTUK YANG TERKASIH

BEBERAPA HELAI KATA UNTUK YANG TERKASIH

Ternyata aku menemukan...
setelah aku merasakan..
dan kita memutuskan..
lalu kita sedang menjalankan..

Mencintai kamu,
seperti halnya orang bertuhan.
aku hanya menganalogikan, mengkaji
dan tidak menjadikan kamu berhala.

Keyakinan itu harus ada
dan kemesraan itu tak perlu selalu ditampakkan walau tetap harus ada.
Keyakinan adalah yang paling utama
yang akan menghasilkan kepercayaan dan melahirkan kesetiaan.

Tauhid itu harus ada
dan ibadah tak perlu ditampakkan walau tetap harus dijalankan!
Keyakinan adalah hal pertama yang utama

CINTA

CINTA

Lima kata yang sangat bermakna...
Banyak yang bicara cinta
mulai dari anak kecil, remaja, orang dewasa,
buruh pabrik, pengusaha, ilmuan, agamawan, filusuf,
bahkan kitab suci dan ajaran agama.
Manusia itu punya cinta dan sangat manusiawi.

Cinta sebenarnya sesuatu yang beresiko jika
diragukan, di rasionalkan...
Seperti halnya manusia bertuhan dan beragama
semakin orang-orang meragukan dan melogikakan
mereka akan memperdebatkan, keluar dan bahkan murtad..
itu terjadi jika logika dan keyakinan disombongkan.

Kita ini hanya kanak-kanak
yang lupa bagaimana menggambar matahari tersenyum dari balik gunung
kita ini hanya kanak-kanak
yang telah banyak mengalami pengalaman
kita ini hanya kanak-kanak
yang telah rumit pikiran dan jalan kehidupan

Jika kita kanak-kanak
mengapa banyak yang lupa untuk menjalani hidup
dengan ketulusan...
dan kejujuran...
kita hanya kanak-kanak

JALUR KEHIDUPAN

JALUR KEHIDUPAN
(PUISI TIPOGRAFI)


--------------------D     A     T     A     R--------------------
--------------------T                                                            
                 U                                
                 R                 
                              U              
                                                           N--------------------
                                                           K--------------------
         I
           A                   
--------------------N                                                             
--------------------B                             R--------------------
E                       A
R                T
P    U
--------------------------TERSESAT ???--------------------------
--------------------------SELAMAT ???-------------------------


Yogyakarta 5 November 2011

KETIKA AKU MENATAPMU

KETIKA AKU MENATAPMU

Kamu adalah
senyum yang ceria
membuat hatiku yang seperti bongkahan es batu ini
dielusi oleh tetesan air
sehingga hati bekuk-ku mencair.

Kamu bukan saja sesuatu
yang tersusun dari tulang belulang,
bongkahan daging,
dengan syaraf-syaraf,
dusertai komponen-komponen organ
yang terbungkus rapi oleh kulit,
dan dibumbui aksesoris.

Kamu tidak sekedar itu.
Kamu lebih dari itu.
Kamu adalah hasil seni
yang luar biasa
mencolok pandanganku
membuatku terhenti untuk meresapi

Aku mengkajimu
garis horizontal vertikal rupa
dengan semiotika
yang membuat jantung ini berdebar
yang membuatku tercengang, berbinar.
bahkan seperti orang gila kadang kutersenyum
ketika terbayangi dirimu.

Kini
kamu membuatku mendambakan kegagahan seorang pangeran
mendambakan kharismatik seorang jenderal perang
mendambakan kebijaksanaan seorang filusuf dan agamawan
mendambakan kemisteriusan seorang pendiam
mendambakan kehumorisan seorang pelawak
mendambakan kehartawannan seorang bangsawan...
semua itu kudamba untuk kumiliki sekaligus dihadapanmu.
tapi kemudian
aku berpikir
bahwa inilah aku, bukan seperti dambaan itu.
bahwa aku akan menjadi diriku sendiri dihadapanmu

tahukah kamu?
disaat aku memandamgimu
mataku mengirimi simbol-simbol harapan?

tahukah kamu?
setiap malam kuhanya bisa mempigura bayangmu?
membatku hanya bisa duduk di tepi dingin malam

KARAKTER ADA DIBALIK KARAKTER

KARAKTER ADA DIBALIK KARAKTER
(kusebut ini puisi typografi)


karakter.                ada.jika.ada.         .dibalik.karakter
karakter.             ada.dan.ada.            .dibalik.       karakter
karakter.         ada.rasa.ada.                .dibalik.          karakter
kaeakter.     ada.jiwa.ada.                    .dibalik.         karakter
karakter.dibalik.karakter.                     .dibalik.karakter
karakter.   ada.cerita.ada.                     .dibalik.     karakter
karakter.    ada.warna.ada.                    .dibalik.       karakter
karakter.     ada.cermin.ada.                   .dibalik.          karakter
karakter.        ada.makna.ada.                 .dibalik.            karakter

MENCARI SINTAKSIS PERBUATAN

MENCARI SINTAKSIS PERBUATAN


Ketika kamu mencari arti,
Ketika kamu mencari makna,
maka carilah dalam diammu.
Kamu akan menemukan ilusi dan suara...

Dalam diam kamu akan bertemu
dengan seorang bayangan
dia akan menunjukkan arah
hingga kau temukan suatu cerah...

Diam akan mengasah kata nurani,
Diam akan merapikan tempo hati,
Diam akan menjadikan bunga chakra terbuka,
dan siap menerima suatu warna yang tak diduga...

Diam akan menjadi suatu kendaraan,
ketika bingung dalam menorehkan.
Diam akan menjadi suatu cara,
merenungkan apa yang akan dilakukan.

Yogyakarta, 02 Oktober 2011 00:39 WIB

Makna

MAKNA

Akhirnya
kita duduk bersama
namun kenapa
kita saling membuang muka?

Mata
ketika tak berjumpa
akankah hilang rasa?
akankah mengaduh jiwa?

Tapi mata
ketika berjumpa
tak juga berkata
walau ada banyak makna

Yogyakarta, 1 November 2011, 16:30 WIB
Ruang baca kampus, saat memandang hujan.

PENGINTAIANNYA

PENGINTAIANNYA

Dari persembunyiannya, mata itu mengawasi.
Dari tempat duduknya, mata itu mencuri.
Dari mimpinya, mata itu mengeksplorasi.
Dari singgasananya, mata itu membayangi.

Mata itu fokus dengan objek,
garis rupa vertikal-horizontal.
Mata itu yang selalu mencari,
kehadirannya.

Mulutnya memang tak berkata,
tapi mata itu akan mudah dibaca.
Tangannya memang tak menuliskan ungkapan rasa,
tapi mata itu selalu meronta berteriak kata.

Masih sama,
mulutnya diam tak bertanya
sehingga tiada tahu rasa yang saling dipendam.
Hanya ada permainan mata dari jarak yang menjemukan.

Yogyakarta, 29 Oktober 2011

DALAM MIMPI - DALAM MIMPI

DALAM MIMPI - DALAM MIMPI

Aku melihatmu,
dalam mimpi.
aku terbayangi kamu,
dalam mimpi.

Dalam mimpi,
aku bisa bersamamu.
dalam mimpi.
aku bisa mempigura senyummu.

Semua itu kulakukan,
dalam mimpi.
semua itu menyenangkan,
dalam mimpi.

Dalam mimpi,
ada dunia.
Dalam mimpi,
ada suatu yang terkenang.


Yogyakarta, 27 Oktober 2011

WAKTU

WAKTU

Ketika semakin sempit
mendesak dan mencekik
membuat kita meronta
dan tersendat-sendat.

Ia terus berlari
tanpa menghiraukan
tanpa sedikitpun menunggu
tanpa sedikitpun menoleh.

Kita takkan bisa menikmati
dengan tempo hati yang tak rapi,
kita takkan bisa menghayati
tanpa kedamaian hati.

Yogyakarta ,27 Oktober 2011

DIA DAN PELACUR

DIA DAN PELACUR

Dia mencintai seorang pelacur
bersenggama dengan perasaan
buta matanya, tapi bisa melihat
suatu kecanitkan...

Dia jatuh hati pada seorang pelacur
mencari alasan pembenar
dan mencarikan jalan yang benar,
tapi tak menuntut dengan keegoisan...

Dia menyimpan perasaan
ingin diungkapkan namun rasa malu terlekati
ingin dinafikkan namun menyakiti hati sendiri
tapi perasaan itu nyata...

Dia memandangi seorang pelacur
dan pelacur itu memandanginya juga,
mereka punya tatapan yang sakral
saling malu, dan tak tersampaikan...

Yogyakarta, 26 Oktober 2011 5:45

UANG

UANG

Lembaran kertas
atau kepingan logam

Kartu kredit
atau kartu ATM

Investasi
atau simpanan tunai

Mengubah semua orang,
akan menjadikan raja bagi empunya,
akan menjadikan gembel bagi kacungnya.
serakah atau sengsara.

Mempermudah juga mempersempit,
sombong menilai dunia
alat kelamin babi-babi kota,
mahkota perhiasan,
Tuhan binatang kota.

Yogyakarta, 19 Oktober 2011

KANTUK

KANTUK

Kantuk adalah kenikmatan...
ketika mulut mulai menguap
dan syaraf-syaraf mulai mengendor

Kantuk adalah tamu...
permisi kedalam kekuatan mata
dan punggung yang menopang tubuh

Kantuk adalah kekasih...
yang datang mesra
bermanja-manja yang menopang tubuh

Kantuk adalah musuh...
datang tanpa diharapkan
melemahkan daya kerja

Kantuk adalah pencopet...
mengendap dengan gesit
mencuri hal-hal berharga

Kantuk akan datang
ketika waktunya memang akan datang
kantuk akan pergi
ketika kepentingannya terpenuhi.

Tapi kantuk seringkali
mengajak kita untuk serakah
merayu untuk bermalas-malasan

Ya...
Kita akan menjadi apa?
Kita akan bagaimana?

Yogyakarta, 18 Oktober 2011

Manusia Perspektif 1 *percakapan awal*

Manusia Perspektif (Bagian 1)

     Manusia yang diberikan kehendak bebas, memacu untuk melakukan sesuatu yang bebas. Bebas dalam pemikiran tindakan dan keputusan. Urusan salah dan benar, layak dan tidak layak, maupun patut maupun tidak patut, akan dijawab oleh "Logika-etika-estetika". Akal pikiran, perasaan, dan berbagai indera serta kecakapan yang telah melekat dalam diri manusia akan menjadi sarana yang mendukung kehidupan bebas manusia.
     Manusia telalu tak terbatas dalam keterbatasannya. Manusia terlalu bebas dalam ketidak bebasannya. Bahkan manusia dapat menciptakan dunia dalam dirinya sendiri, dan juga manusia dapat memilih kelanjutan jalan hidupnya sendiri. Manusia sungguhlah sempurna dalam ketidak sempuraannya
      Bumi tempat yang dikaruniakan Allah pada manusia mempunyai wujud yang bulat, bahkan terlalu bulat. Bumi yang bulat mempunyai banyak sisi yang tak bisa dihitung jumlahnya, sudutnya, begitu juga dengan manusia, terlalu banyak sudut-sudut hidupnya, perbedaannya. Perbedaan tersebut termasuk perbedaan dalam cara pikir,cara pandang atau perspektif.
*
"Bumi terlalu bulat, tak terbatas sisi yang dimilikinya. 
Begitu juga dengan manusia, tak terbatas perspektifnya"

PERJALANAN YANG BERAT

(Gambar diambil dari http://vanikingkongkeren.wordpress.com)















PERJALANAN YANG BERAT


Setiap kaki melangkah,
rasanya selalu ada kerikil
yang membuat mengeluh...
mengaduh.

Setiap pemberhetian,
rasanya selalu semakin pekat rasa lelah
yang membuat jenuh...
mengacuh.

Begitu banyak kelahiran
dari sebuah pikiran...
menjadi tertutupilah suara hati
dan bisikan-bisikan itu
cahaya itu, yang tak bisa lagi menelisip lewat rongga-rongga diri.

"HARUKU UNTUK KALIAN-DAN DIRIMU" *sebuah ucapan terimakasih*

"HARUKU UNTUK KALIAN-DAN DIRIMU"

Tiba di persimpangan
Yang aku harus rehat sejenak ini.
Banyak wajah, banyak senyum, jabatan tangan yang datang padaku.

Ada air mata
Ada tawa
Suka...
Kalian menghapus duka,
Mengusir sunyi yang sebenarnya kunanti.


Relaku memberimu semua senyumku..
tandaku yang terindah yang kuberikan
dihari istimewaku
ketika aku duduk di persimpangan ini
di bangku taman kota
dari lahirnya pagi sampai tuanya temaram malam.

Kalian semua tak kupandang sama
maka aku tak menanggapi dengan sama seperti robot pembalas pesan.
Kalian mendoakanku
Turut kudoakan seikhlasku juga
Kalian tersenyum indah
Turut ku senyum yang paling indah

Kalian datang dengan wajah yang berbeda
warna rasa yang berbeda
kalian adalah hadiah
hadiah kalian untukku
yang selalu tergores dengan tinta cerah di benakku.

Lalu...
ketika telah habis waktuku rehat
ada seorang yang datang lagi
dia... atau kamu.
seorang yang berjalan menghampiri membawa tinta emas
menulis di hatiku.
mengucapkan selamat ulangtahunku
dan memantraiku..

entah mantra apa itu.
yang jelas membuatku merekah senyumku..
senyum penutup yang paling cerahku..

Terimakasih kamu..
Terimakasih semua..
Ya... Terimakasih..
Jika ada kata yang lebih indah dari terimakasih
Jika ada pasti sudahkuberikanku...






*Untuk kalian yang mendoakanku-memberi selamat padaku.... dan untuk kamu*

Terimakasih Untuk Hidupku *Puisi untuk Hari Ulang Tahunku ini*

Terimakasih Untuk Hidupku

Meniti jalur..
Jalur waktu..
Waktu... Dia garangnya
Arogansi-independensi-idealsitis!

Ada seorang yang selalu berjalan.
Ada seorang yang selalu melaju
Ada seorang yang tak pernah menungguiku barang sejenak
Ada seorang yang tak pernah menolehku barang sedikit saja..

Dia adalah Waktu.
Tapi Dia sahabatku..
Ya....Waktu.

Waktu telah menyeretku
Ditik orbit hidupku
Di persimpangan jalan ini
Persimpangan yang bertandakan angka besar 20.

Aku telah melewati 20 titik orbit-persimpangan jalan, di setiap 26 Juli.
Telahkah aku mengalami perbaikan-pendewasaan?
Akankahku nanti menjadi lebih baiku kemudian?
Semoga..

Doa dan harapku...
Orang tuaku...
Adik adikku...
Saudara saudaraku...
Dan sahabat sahabatku...
Haru nya semoga untukku di hari kelahiranku ini..

Terimakasih
dariku
untuk hidupku... =)

                                                                        Yogyakarta, 26 July 2011


*hadiah ulang tahun dari diriku untukdiriku* =)
Selamat ulang tahun untukku 26-Juli-2011 dengan umur kepala duaku. 20 tahun..
Semoga sehatku bahagiaku panjang umur dan bermanfaatku... amin..
Resolusiku adalah menjadi orang yang tenang..
ya tenang... dengan tenang aku akan menggunakan kesadaran jiwa dan kesadaran roh.
tak didominasi oleh kesadaran fisik yang sering kali membuyarkan dan membuat runyam..

Introspeksiku.. Aku akan hati-hati dengan kata-kata... dan ingat jangan mudah berjanji, karena sangat mudah untuk mengingkari..

"Ajining Manungsa Ono Ing Lathi - Ajinig Raga Saka Busana"

LELAKI LAIN ITU

LELAKI LAIN ITU

Tatapan matamu seperti hangat mentari,
Tapi setelah merayap kehatiku menjadi bara api.
Karena hangatmu bukan untkukku seorang.

Sungging senyummu seperti lembut air,
Tapi setelah mengalir kehatiku menjadi badai Tsunami.
Karena lembutmu bukan hanya untukku seorang.

Denyut

Gambar diambil dari (http://www.art21.org/anythingispossible/wp-content/uploads/2010/10/art21-wkaip-politics-005-405x540.jpg)



Denyut

Aku merasa
berputar
Ingin
Berontak
Karena ada sesuatu yang tak lengkap dari kehidupanku

Aku terlalu
benci
Ingin
mengamuk
Karena ada sesuatu yang tak bisa kutemukan jawabannya

mencoba membuat pusi typografi

SUNTUK

s.?
   ?s.
     untuk.su
        n.sun
          tuk
            sunt
               sun.suntuk.
                    a.suntuk.
                    a.sun.tukan
                   asuntukkan
                    kan.suntu
            ke.kan.suntu
           kesuntukan......
               MUAL!.........
                    MUNTAH!
                      MUNTAH!MUNTAH!
                        MUNTAH!!!!!!!!!!!!!!





S.UNTUK

SUNTUK

       Suntuk adalah suatu keadaan yang menyebalkan. Ketika rasa suntuk itu datang maka semuanya terasa hampa, bahkan kadang memuakkan. Membuat mual dan ingin muntah. Rasanya terlalu sukar untuk mendeteksi, sejak kapan rasa suntuk itu datang? kenapa rasa suntuk itu datang? Seperti jalangkung, rasa suntuk itu datang tak diantar pulang tak dijemput. Dengan tiba-tiba kesuntukan itu datang tanpa permisi, dan tanpa sebab yang jelas. Begitu menjengkelkan.
       Sialnya rasa suntuk itu begitu sering hadir dalam hidupku.  Sialnya lagi, aku mengalami kesulitan dalam mengusir rasa suntukku. Ku coba tidur, tetapi begitu susah mata ini tepejam, ataupun jika berhasil tidur aku dibangunkan rasa suntuk itu. Membaca cerita lucu? Ya memang membuatku tertawa, dan menghiburku tetapi ketika tawa itu sudah habis rasa suntuk itu muncul kembali, bahkan parahnya karena terlalu suntuk aku malas untuk bertemu dengan tulisan-tulisan. Lalu bagaimana aku dapat membaca cerita lucu itu? Kemudian melukis, ketika aku melukis dengan digandrungi rasa suntuk maka aku akan menghasilkan lukisan yang absurd dengan estetika yang tak terasa, bahkan aku muak melihat gambarku sendiri. Aku juga mencoba menulis, tetapi tulisanku hanya seperti gumaman dan bualan belaka, entah mengalir kemana tanpa arah dan kerangka yang jelas. Susunan-susunan kalimat dan padanan kata yang digunakan kadang juga menjadi memuakkan ketika dibaca. Baiklah aku mencoba jalan-jalan menghirup udara segar, tanpa tujuan tanpa arah, mengikuti jalan. Tapi angin yang menerpa kepalaku memicu syaraf-syaraf otak untuk mencekit, kemudian kembali lagi kepada kemualan itu. Bah!
       Terlalu banyak aturan dan kekangan, yang menyebabkan aku tak bisa muntah, menyebabkan aku tak bisa keluar dari jurang kesuntukan ini. Dan...ah........... sudahlah aku akan berlari ke comberan...lalu....




ABSUDITAS KESUNTUKAN

Eksperimentalisme eksistenisalisme absurd

ABSUDITAS KESUNTUKAN

       Melintasi malam yang sepi... Sesepi hati yang bersembunyi.
                Seorang pemuda yang sehabis latihan Teater, bercelanakan training olahraga, berkaos hitam bau kecut keringat yang ditutup dengan jaket kulit hitam beraroma lemari kayu. Di pergelangan tangan melekat sebuah jam stainlesstel yang menunjukan pukul 12 malam. Di jari tengah kiri melingkar erat sebuah cincin dengan mata batu obsidian berwana hitam mewah.
                Brmmm... motor dinyalakan, suaranya menderu ketika dia memainkan gas. Rokok filter menyelip dibibir untuk dihisap dalam-dalam, sedalam kegundahan yang bersembunyi di hatinya. Pemuda itu tancap, meninggalkan kampus sastranya. Dia orang terakhir yang pulang dari latihan teater malam.
                Hawa malam yang dingin terasa sejuk ketika menerjang tubuh, pori-pori kulit yang masih

Nafik

ENGKAU

Engkau. Ah betapa sering pujangga ataupun yang mengaku pujangga menggunakan kata ‘Engkau’ untuk memberi simbol pada seorang yang dikagumi. Kata ‘Engkau’ yang dipadukan dengan ramuan kalimat-kalimat keindahan merupakan sebuah resep yang lazim, kadang membosankan, namun merupakan formulasi yang benar-benar bergelora, muncul dari perasaan yang bergairah kekaguman. Sudah biasa demikian adanya, aku juga akan

BLOG DALAM PERBAIKAN

Blog "Sebuah Persinggahan" ini untuk sementara waktu sedang diperbaiki... Dikarenakan kurangnya waktu luang dari padatnya agenda, maka mungkin akan memakan waktu yang lama.
Tapi untuk Kawan-kawan dan para pengunjung tetap dipersilahkan menikmati karya-karya yang sudah di post.. silahkan..
Terimakasih atas perhatiannya...

Ketika menjadi penat *Diary mahasiswa* (PART V)

      AH KAMPUS (PART V)

        "Kalo inget. hehe"
        "Wuu...!!"
        Kemudian tak kubalas lagi. Biar ku lanjutkan nikmati sore.
        Aku ingin selalu memaafkannya, meskipun tiada salah. Berlaku seperti biasa-biasa saja, membohongi hati ketika didepannya. Aku masih membiarkan sesuatu itu menari di ruang kosong di sudut hati, walau kadang menyakiti. Lelaki sepertiku apakah bisa disebut lelaki? atau memang aku seorang lelaki. Bukan aku terpuruk, bukan aku duduk menunduk dalam ruang gelap pekat. Tapi memang sulit untukku menghapus begitu saja, aku memang orang yang mudah suka, tapi aku bukan orang yang mudah melupakan. Sebenarnya tak sulit untuk melupakan, tapi ketika dia menampakkan dirinya didepanku maka sesuatu didalam hati ini semakin kencang menari-nari: surrealis; dadaisme; dramatikal; eksperimentalisme!!! Sesuatu itu menari menggunakan properti-properti: pisau; kipas; kapas; kapak; cangkul; kain sutra; dedurian!!!

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART IV)

Ah Kampus (PART IV)

     "Baiklah kita tutup kuliah pada hari ini", Dosen menutup kelas pada pukul 8:45 ini. Mahasiswa berhamburan, berebut keluar, entah apa yang hendak diburu. Aku tak langsung keluar, menunggu sedikit longgar, Masih ada yang ingin kutanyakan pada dosen, secara personal. Kelas agak sepi, dosen sedang membereskan meja, kuhampiri. "Pak.. Maaf mengganggu sebentar", aku membuka, pak dosen mengangkat kepala menyapa dengan ramah. "Ya" jawabnya singkat. "Masih ada yang ingin saya tanyakan pak, tentang konsep analogi hukum pidana nasional dengan konsep analogi hukum islam". Aku menata notasi dan kata-kata dengan cermat dan hati-hati, ingin tampak elegan dan sopan. "Bagaimana nak?" Dosen sangat ramah, menebarkan senyumnya. Kemudian aku bertanya. Saling menanggapi. Selama beberapa menit berlalu, aku puas, sebelum pamit aku minta maaf karena sering terlambat, dan hari ini juga terlambat. Dosenku hanya tersenyum kemudian menasehati, aku tersenyum malu, menundukkan kepala.  Baik kurasa sudah cukup, kemudian keluar kelas dan mengucapkan terimakasih dengan santun.

Jangan kau salahkan diriku. Biar aku yang menyalahkan diriku sendiri!

JANGAN KAU SALAHKAN DIRIKU!
BIARKU YANG MENYALAHKAN DIRIKU SENDIRI!


Maafkan hatiku yang sedang tak lapang.
Maafkan pikiranku yang sedang memberi penafsiran yang tak menyenangkan.
Maafkan memangku sedang begini.

Tak kah kau dengar maafku?
Sehingga kamu terus, tanpa henti
menyalahkanku.
Aku. Dan Aku, Lalu Aku, Sampai Aku.
Lagi-lagi Aku.

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART III bagian 2)

Ah Kampus (Part III) Bagian 2   

    Siapa yang salah ? baiklah aku! aku yang salah! lagi-lagi aku! selalu aku! dan aku! hahaha..
    Ah kenapa aku harus tertawa. Yah paling tidak menghibur diri sajalah. Tapi aku harus berusaha, setidaknya ada perlawanan. KE WARNET! oke! Setelah sedikit bersusah payah mencongkel "Celengan" langsung lenggang menuju warnet terdekat.
    Sampai di warnet tak langsung mengerjakan tugas, 30 menit kupergunakan untuk menulis di blog.

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART III)

AH KAMPUS (PART III)


        Hari ini benar-benar minggu yang malas. Malas mandi, malas beraktivitas, malas keluar rumah sekalipun. Inginku hanya tidur-bangun-makan-nonton tv-tidur-bangun-tidur-dan tidur. Rasa lelah selama beberapa waktu beraktivitas di pekan lalu seakan sedang keluar dari persembunyiannya, berkumpul di minggu ini, menuntut istirahat, menyebabkan rasa malas itu datang lagi. Ah minggu yang malas, lihatlah mahasiswa seperti aku ini sedang bermalas-malasan. Bukannya aku bangga, sebenarya aku menyesal karena kehilangan beberapa kegigihanku.
       Tidur-bangun-tidur-bangun. Teryata sudah hampir pukul tiga sore. Aaa.. iya aku lupa. Aku ada janji dengan seorang kawan, survei tempat ke pantai untuk acara makrab UKM. Dan aku juga lupa ada banyak

Hanya Ingin Berbohong


"Hanya Ingin Berbohong"
(Puisi, Karya: Rahman Yaasin Hadi)

Aku hanya ingin Bohong.
Membohongi hatiku sendiri,
ketika melihatmu melintas angin didepanku,
tanpa kata,
tanpa sapa,
tanpa senyum...

                    Aku diam. Karena aku ingin bohong.
                    Tapi aku bukan pembohong.
                    Aku hanya ingin menipu diriku sendiri.
                    Hanya ingin tampak segar.
                    Hanya ingin seperti seorang pemenang ketika berjajar denganmu....

Yang kurasakan adalah, ngilu.
Yang kukatakan adalah, biasa saja.
Yang kurasakan adalah, getir.
Yang kutampakkan adalah, hambar.
Yang kurasakan adalah, ingin berteriak memanggilmu.
Yang kulakukan adalah, diam saja.

                   Aku memang bohong.
                   Jangan tanyakan mengapa
                   Jangan sekalipun heran
                   Karena aku memang ingin berbohong.
                   Hanya ingin berbohong.

Karena pisaumu masih menancap tajam, di dalam hati sini....

Rasaku Tentang Menulis

Rasaku Tentang Menulis

Memang terkadang menulis itu sulit. Pena seperti tercekat-cekat tak mengeluarkan tinta. Pena/tuts keyboard terasa bergejolak, memberontak hati, tak mau diajak kerjasama untuk mengungkapkan segala rasa, segala ide luar biasa yang terasa didalam hati sini. Menulis membuat pusing, membuat gundah ketika kehabisan ide.

Menulis membuat kita menyelipkan sebatang rokok untuk dihisap dalam-dalam, sambil menggaruk-garuk kepala. Menulis membuat kita menyetel lagu-lagu yang dapat menenangkan dan memberi inspirasi. Menulis membuat kita berjalan mondar-mandir memikirkan, dan terus berpikir tentang ide. Menulis membuat kita membuka jendela dan menatap hujan yang sedang menyirami bumi. Menulis membuat kita menutup mata, dan bergumam ".Sial!!! Ayolah..., ayolah!". Menulis memaksa untuk membuka-buka buku bacaan atau surfing internet untuk mendapatkan bahan. Menulis membuat kita mengeluh dan mengeluh dan mengeluh.

Ya, menulis terasa sulit.... Terasa sulit karena tak terbiasa untuk menulis. Karena menulis itu juga membutuhkan kecerdasan tersendiri. Menulis memaksa kita untuk berpikir logis sistematis. Membuat kita merasa janggal ketika tulisan menjadi kesana-kemari karena keluar dari kerangka, atau sub bahasan. Menulis memaksa untuk mengolah rasa dan kreativitas, membuat kita mencari ide-ide, membuat kita merasakan sebuah gairah dalam susunan kata-kalimat. Menilai-nilai, membacanya berulang-ulang dengan harapan tulisan itu dapat mewakili perasaan dengan 'tepat'.

Tak masalah bahwa menulis itu sulit, karena itu merupakan sebuah kesenangan sendiri. Tunggu,  kesulitan adalah kesenangan? Ya, kesenangan, kau tahu mengapa? karena dari kesulitan itu membuat kita semakin dewasa. Karena kesulitan itu mengharapkan kita untuk mencari penyelesaian (Bukan berlari menghindar, kawan!). Karena dari kesulitan itu memaksa kita untuk menajamkan perasaan, menajamkan logika, dan memperluas pengetahuan. Dengan terbiasa menulis kita akan mencari kosakata-kosakata baru, sehingga ketika menemukannya akan membuat kita semakin kaya dalam kata. Dalam mengekspresikan diri melalui kata-kata (Tulisan). 


Dengan menulis kita tak akan mati ditelan zaman. Kita akan abadi karena kita mempunyai sebuah karya. Dengan menulis kita dapat memunculkan diri, memunculkan pemikiran. Menulis adalah ekspresi, mengekspresikan rasa, mengekspresikan pemikiran. Menulis akan mempertajam indra-indra kita. Kita akan selalu mencari inspirasi dengan mendengar, dengan meraba, dengan melihat, dengan berpikir, dengan dan dengan dan dengan.... Ya, menulis membuat kita semakin peka.

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (Bagian II)

Ah Kampus (Bagian II)

'Tik...tik....' Jari berjentik didepan komputer dengan gesit, merangkai beberapa kata. Berada didepan komputer membuatku betah, menggarap proyek Novel, dan mendengarkan beberapa lagu dalam playlist.

Hoahm.... Mulai menguap, mata ber-embun. Kulihat jam dinding menunjukkan waktu sebelas malam. Ah baru jam sebelas.

Kunyalakan Internet, membuka website kampus. Sekedar memastikan jadwal kuliah besok. Ya, jam 7 pagi, Dosen yang sama, matakuliah yang sama. Kuraih tasku, kulihat lembarjawaban kuis pagi lalu. Angka merah '1,5' berteriak mengejekku, menunjuk-nunjuk mataku. Ah sial. Aku harus belajar !

Kututup Proyek Novelku. Masih memperdengarkan playlist musik yang sama di komputer, hanya mengurangi volumenya. Kubereskan meja belajarku, menghamburkan beberapa buku dan catatan. Kubuka binder kuliah, membuka catatan matakuliahku besok pagi. Teringat. Oiya aku lupa, belum menyelesaikan catatanku. Masih dengan semangat yang menggelora, berbalas dendam. Akan kulampiaskan pada belajarku malam ini. Ya! Semangat begitu berlipat.

Lima lagu telah bergema. Enam.... Tujuh.... Delapan.... Sampai Duabelas lagu.... Ah selesai sudah catatanku, selesai sudah semua catatan matakuliah yang tertinggal. Ku kibaskan tangan, meregangkannya karena pegal. badanku juga ikut pegal rupanya, maka kulakukan senam sejenak.

fuh! jam 12 lebih. Lanjut lagi! Harus kukejar beberapa materi. Kubuka-buka buku setebal 600 halaman yang tadi siang ku pinjam dari perpustakaan. Membaca-baca sekilas, mencermati kata demi kata. Kuselipkan sebatang rokok dibibirku, kubuka jendela kamar lebar-lebar. 'Jres!' Rokok menyala. Fuh! kuhembuskan dalam-dalam. Seperti ada perasaan lega.

"Asas Oportunitas dalam Hukum Acara Pidana bertentangan dengan Asas Legalitas. Dalam praktek hukum, Asas Oportunitas ini dimiliki oleh Jaksa. Sebagaimana diatur dalam pasal 8 Undang-Undang Pokok Kejaksaan Nomor 15 tahun 1961, dan dipertegas dengan penjelasan pasal 77 KUHAP". aku bergumam menirukan bunyi teks buku. Tunggu tahun 1961? Sepertinya sudah terlampau lama? Jangan-Jangan Buku ini sudah kadalwarsa? Kulihat halaman depan buku berbunyi "Cetakan ketiga tahun 1990". Alamak...! Tak bisa sepenuhnya percaya! Seingatku Undang-Undang pokok kejaksaan diatur lagi dalam undang-undang yang baru. Undang-undang nomor 16/2004 jika ku baca di catatan yang baru saja ku salin.

Begitulah aku terus mengkaji, dan larut. Tak terasa sudah jam setengah dua dini hari. Tampaknya aku harus istirahat, aku mulai ngantuk. Atau aku tak usah tidur agar tak terlambat lagi? Ah, jangan, besok agendaku cukup banyak, aku bisa pusing, bisa drop karena kehabisan tenaga. Baiklah aku tidur saja. Ku beres-bereskan kamar. mengemasi beberapa barang yang musti aku bawa kekampus besok. Cuci kaki tangan, dan gosok gigi tak lupa mematikan komputer. Kemudian berangkat tidur.

'Tik... tik...  tik... tik....' Jam dinding terasa berisik. Berkali-kali kubalik-balikkan badanku, merasa tak nyenyak dengan posisi tidur. Ayoh tidurlah... tidurlah... aku harus bangun pagi.

Beberapa menit berlalu dan aku masih saja belum tidur. Aku berdiri dengan malas dari tempat tidurku, mengambil sebuah novel. Membacanya sambil tidur. Beberapa halaman.... Beberapa bab....

Mukaku terasa nyeri terkena sinar Matahari. Kulihat sinar pagi merayap-rayap menusuki diriku. "ASTAGA !" Aku memekik.

"Sudah jam berapa ini?!" Dengan gegabah aku bangun menelusuri dinding mencari jam dinding yang menunjuk nunjuk. "SIAL! jam setengah sepuluh pagi!"

Aku terlambat lagi. Dan bukan hanya itu, aku langsung terlambat dua mata kuliah. Sial! Dan astaga sudah berapa lama aku tak melakukan sholat subuh tepat waktu.

Sial! Absensiku menjadi sangat parah!

Kuraih handphoneku. Ingin kuhubungi seorang teman, memastikan, dan semoga matakuliah tadi kosong. semoga-semoga....

Ku ketik-ketik pesan singkat dan kukirim pada teman sekelasku. tak berapa lama dijabawnya, bahwa Dosen tadi melakukan Kuis lagi, dan temanku itu juga marah, karena aku tak mengembalikan catatannya tepat waktu.... Ah..., habis sudah semangatku.

BERSAMBUNG

Lewat Tengah Malam

Lewat Tengah Malam

Lagi-lagi. Ah, aku tak bisa tidur. Apakah aku mengidap penyakit insomnia? Atau hanya sebuah kebiasaan yang berlangsung lama, kemudian menjadi sebuah main set? ah, yang jelas aku tak bisa tidur. Dengan kebiasaan seperti ini mungkin aku akan sering mengganggu para hantu yang sedang bertugas jaga malam.

Kubuka lagi Roman Jejak langkah karya Pram yang nyaris rampung kubaca. Hanya bertahan beberapa menit. Tampaknya tak ada niatan menyelesaikan malam ini. Tiba-tiba mulutku terasa masam. Dengan sigap kucari persediaan
rokokku. Ah sial ! habis... Tumpas semua. Sudahlah tidur saja....

Badan tergolek diatas kasur. Anganku melayang di langit-langit kamar. Tak khusyuk. Berkali-kali kubolak-balik badan, bak ikan yang dibolak-balik diatas panggangan. Tak kurasakan nyaman. Aku bangun lagi, duduk diatas kasur. Pandanganku merayap pada sebuah jarum-jarum kecil jam tangan yang tergeletak diatas meja, susah payah pandanganku berusaha meraih jarum-jarum dan membaca angkanya. Pukul 12 malam tepat. Ku masih tak percaya, kuraih handphoneku. Ternyata benar pukul 12 lebih beberapa menit.

Sepi. Kok tiba-tiba merasakan sepi. Apa perlu membalas pesan-pesan singkat dari beberapa wanita yang tak kupedulikan itu. Berharap mendapatkan teman mengobrol. Atau menghubungi beberapa mantan? hmmm..., ah tidak. Apa-apaan?

Beberapa lama aku bergulat dengan pikiranku sendiri, tak menemukan rasa kantuk dan keputusan, akun langsung berdandan, untuk keluar rumah. Bersiapku keluarkan motor, tapi jalan sajalah. Akhirnya aku jalan kaki. melewati beberapa gang. Sepi, sedang apa orang-orang ini?. Aku terus jalan, dan sampailah dipinggiran jalan raya. Warung angkringan Pak Somat. Aku mampir dulu lah, sekedar minum dan merokok.

"Susu putih hangat satu pak!" pesanku pada Pak Somat, "Rokok masih pak?" tambahku, dan segera kuraih sebatang rokok dari kotak persediaan Pak Somat.

Dengan sigap Pak Somat membuatkan minuman hangat itu. Segera kutenteng, kucari tempat duduk di pinggir Ruko yang sudah tutup. Duduk dilantai, melihat kendaraan yang lalu lalang. Entah kemana perginya mereka? tak ada habisnya.

Aroma Susu begitu harum. Aku percaya susu putih dapat mendatangkan rasa kantuk di malam hari. Asap rokok mengulung-gulung keruh. Kutengok jam tangan yang menujuk nujuk pukul setengah satu malam.

Ah sudah lewat tengah malam. Sepi.... Tapi aku tak pernah kesepian. Karena dalam sepi pun aku berkawan akrab dengan sebuah 'Sepi'.  Dingin. Tapi aku tak merasa kedinginan karena 'dingin' juga kawan akrabku.

'Brrrr....' Handphone ku bergetar. Ah siapa lagi yang menghubungi di tengah malam ini. Perempuan itu kah? Maaf aku tak bisa sejalan denganmu. Tak usahlah saling mengganggu. Eh! Ternyata bukan.... Bukan Perempuan itu.... Kukucek mata. Kurasa aku mengenali nomor ini. Dulu! ya, dulu pernah kuberi nama dalam phonebook sebuah nama 'Sweetheart'. Dulu.... ya dia mantan kekasihku. seperti tersambar petir aku di Lewat tengah malam ini.

     <  Sudah lama nggak ada kabar mas? =)  >  08564xxxxxxxx .. 00:40 WIB

Haha. Aku tersenyum bahagia. Aku bingung apa yang akan kubalas. Atau lebih baik tak kubalas? ah jangan. ini kesempatan. Ah, tapi bagaimana jika dia hanya mempermainkan? atau ada maksud lain? Ah, aku masih bingung. Kuambil sebatang rokok lagi dan menghisapnya dengan penuh canggung perasaan. Ah Sudahlah kamu masa laluku....

     <    Udah tidur mas?   > 08564xxxxxxxx .. 00:50 WIB

Sudah cukup...! aku sudah berkomitmen melupakanmu.... Apalagi yang kamu inginkan? Kamu sudah menang dengan mendapatkan pengganti yang lebih baik dari diriku.

"Mas! Mas!" Aku bangun. Gelagapan. Pak Somat membangunkanku. Ternyata aku tertidur di pinggiran Ruko.

"Sudah lama aku tidur pak?" Masih belum hilang rasa kagetku.

"Ya, lumayan. Bapak udah mau tutup ni, dik," kata pak Somat sembari mengemasi dagangannya.

Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul setengah 2 dini hari. Ah, masalaluku? Dengan panik ku rogoh handphone di kantong celanaku. kuperiksa inbox tak ada pesan apapun. Tak ada pesan dari masalalu itu. Ah sial aku hanya mimpi !

Kubayar jajananku, dan pulang dengan limbung. Kikuk sendiri.

.SELESAI.



Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa*

Ah Kampus

Tempat parkir sudah sangat ramai, penuh motor. Setelah berhasil mendapatkan tempat untuk memarkir motorku, kutengok lagi jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kiriku. Pukul 7:30. Sudah terlambat duapuluh menit! semoga saja aku boleh masuk. Ini minggu kelima di awal semester empat kuliahku, dan dapat dihitung berapa kali aku masuk kuliah pada tiap matakuliahnya. Aku sudah banyak ketinggalan. Kuhisap rokokku sampai penghabisan dan membuangnya begitu saja.

Tiap gedung kampus ini melihatku sinis, seakan aku alien yang tersesat masuk area kampus pada jam-jam perkuliahan. Sepi. Lorong-lorong kampus sepi, pastilah semua orang sudah berada didalam kelas. langkah terasa berat, semakin berat ketika menaiki tangga mendekati ruang kuliahku pagi ini. Rasanya aku ingin balik arah, dan lari! kembali kerumah kemudian tidur. Tapi aku sudah sampai didepan pintu kelas.

'Tok...tok...' Pintu kuketok, kubuka perlahan. Kelas hening! beberapa pasang mata melirik, mengejekku.

"Assalamualaikum" Ramahku. Segera ku cari kursi yang masih kosong untuk duduk.

Selamat! Dosen tak marah padaku. Tapi, tiba-tiba ada sesosok yang berdiri didepanku. kuangkat pandangan pelan-pelan. ah pak Dosen! aku hanya nyengir. Beliau tak peduli, langsung memberikan sepucuk kertas, kemudian kembali ke singgasananya.

Sial! kuis!

Kulihat kertas berisi sepuluh soal.

"Kerjakan sendiri.. waktu tinggal sepuluh menit !" Pak Dosen bergaung.

Apa-apaan ini? aku masuk kekelas ini untuk mengejar ketinggalan, untuk menebus dosa membolosku. Sepuluh menit menjadi waktu yang sangat lama. kusapu pandangan di ruangan kelas, semua Mahasiswa mengerjakan dengan khusyuk.

"Kerjakan sendiri! Kuis pada pagi ini mempunyai prosentase yang besar dalam penilaian!" Pak Dosen semakin menggelegar.

Keringat dingin mengucur. Beberapa kali pak Dosen tampak curiga padaku karena kertas jawabanku masih melompong.

Ini bukan masalah apa-apa. Ini adalah kredibilitasku! aku mahasiswa, aku aktivis yang selalu dipandang tinggi oleh kawan-kawanku, karena nilai akademisku yang hebat. Apakah aku akan hancur? apakah hanya karena Kuis ini aku hancur? membuat nilai mata kuliah ini merosot tajam nantinya. Ah aku Mahasiswa yang semester kemarin menaklukan dosen garang, membuatnya memberiku nilai A. Nilai yang jarang diberikan Dosen tersebut pada para mahasiswa.

Waktu sepuluh menit kupergunakan untuk menyesali perbuatanku lalu. kuingat kembali. Ah aku yang salah! Membolos! Begadang semalaman! Ttak bisa bangun pagi! Terlalu nyaman tidur kemudian merelakan membuang waktu, tidur hingga petang! membuang-buang kuliahku! Aku yang sombong! Karena nilai-nilaiku yang sempurna, karena aku telah menaklukan beberapa dosen garang, menjadi lupa diri! Aku yang salah aku tak mengatur waktu!

"Waktu habis. cepat kumpulkan!"

Aku hanya bisa menjawab seadanya, kesana-kemari tak beraturan, sekenanya. Dan aku yakin, jelas salah!

Aku menggumpulkan kertas Kuis dengan pasrah. Kertas langsung dibagikan lagi secara acak, dan dikoreksi.

AH! betapa malunya aku! namaku terpampang dikertas itu! Benar saja, setelah dikoreksi dan dikembalikan terlukis sebuah tinta merah bertuliskan angka 1,5.

Tamat! hilang semangatku mengejar semua ketinggalan.

Aku diolok-olokkan didalam kelas.

NGANTUK

NGANTUK

Aku ngantuk. Aku ingin tidur. Tapi aku tak mau tidur, aku ingin terus hidup.
Produktif!
Aku lelah, aku lemas, aku pegal-pegal, rasanya remuk.
Agh! punggung ini. ya..., punggung ini rasanya remuk.
Tapi aku belum ingin istirahat dulu, aku masih ingin bernyawa.
Aku melayang-layang, badan ini ringan. Ahg!!!

Aku belum ingin tidur!!!
Aku masih ingin berdiam diri.... Merenung.... Mendengarkan suara hati.
Kadang kadang pikiran dan perasaan sangat berisik didalam sini. berdebat....
Entah apa yang diperdebatkan.
Ah lebih baik aku ngantuk saja.
ya...,
Aku ngantuk. lemas. pegal. remuk. melayang. aku ingin tidur sekarang...!!!

SOREKU

   SOREKU

Hari bagaikan terangkum dalam sebuah waktu yang dinamakan sore hari. Sore bagaikan sebuah kereta transisi penghubung atara terang menuju petang, mengangkut jiwa setelah seharian beraktivitas penuh peluh membanting tulang, menuju aktivitas yang lebih teduh atau peristirahatan

Sore hari adalah waktu yang nyaman. Tempat merengangkan otot pikiran, dan perasaan yang kaku. Sore yang Sempurna adalah sore yang cerah. Matari yang mulai tua menyelimutkan hangat cahaya yang paling ramah, menghangatkan kulit dan syaraf-syaraf yang letih. Pun dewi angin tak mau kalah, dia menari lembut, menyejukkan, membelai perasaan yang jenuh. Cahaya sang surya dan udara semeribit dewi angin berduet dengan cantiknya menghibur seluruh rasa, berkolaborasi antara hangat dengan sejuk. menentramkan hati.

Sore hari adalah waktu dimana banyak cerita.
Sore hari itu adalah saat aku patah hati. Memacu lari sepeda motorku bagai kilat menuju bukit bintang, aku duduk di pinggiran jembatan menatap kota dengan hampa, merasakan senja yang semakin menua.
Sore hari itu adalah saat aku masa Orientasi SMA. Jenuh menunggu jemputan yang tak kunjung datang, kemudian aku dihampiri kawan-kawan baruku diajaknya bermain bola penuh peluh.
Sore hari adalah disaat aku berdandan rapi nan wangi, bersiap kencan dengan seorang gadis idaman.
Sore hari itu adalah disaat aku seorang diri menonton film, ditemani secangkir susu hangat.
Sore hari adalah disaat aku berulang tahun, terharu atas kejutan dari kekasihku.
Sore hari itu disaat aku mengantarkan empat kambing dengan mobil butut, bersusah payah menuju atas bukit pelosok pedesaan. dan Mobil mogok selama 5jam.
Sore hari adalah ketika aku dihadang di tengah jalan sepulang sekolah, dikeroyok.
Sore hari adalah ketika aku rusuh dijalanan dengan teman gengku tawuran dengan SMA musuh.
Sore hari adalah ketika aku duduk berdua dengan kekasih di sebuah taman kota, kami asik bercengkrama.
Sore hari adalah manis, pahit, masam, pedas, asin, gurih. Sore hari adalah cantik dan aku jatuh cinta padamu.

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH