Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART IV)

Ah Kampus (PART IV)

     "Baiklah kita tutup kuliah pada hari ini", Dosen menutup kelas pada pukul 8:45 ini. Mahasiswa berhamburan, berebut keluar, entah apa yang hendak diburu. Aku tak langsung keluar, menunggu sedikit longgar, Masih ada yang ingin kutanyakan pada dosen, secara personal. Kelas agak sepi, dosen sedang membereskan meja, kuhampiri. "Pak.. Maaf mengganggu sebentar", aku membuka, pak dosen mengangkat kepala menyapa dengan ramah. "Ya" jawabnya singkat. "Masih ada yang ingin saya tanyakan pak, tentang konsep analogi hukum pidana nasional dengan konsep analogi hukum islam". Aku menata notasi dan kata-kata dengan cermat dan hati-hati, ingin tampak elegan dan sopan. "Bagaimana nak?" Dosen sangat ramah, menebarkan senyumnya. Kemudian aku bertanya. Saling menanggapi. Selama beberapa menit berlalu, aku puas, sebelum pamit aku minta maaf karena sering terlambat, dan hari ini juga terlambat. Dosenku hanya tersenyum kemudian menasehati, aku tersenyum malu, menundukkan kepala.  Baik kurasa sudah cukup, kemudian keluar kelas dan mengucapkan terimakasih dengan santun.
        Jam tangan menunjukkan pukul 9:01. Aku duduk-duduk dikantin sendirian, menikmati kopi hangat dan gulungan asap rokok dengan hikmat. Sepi, tak ada kawan yang datang kekantin kampus, entah kemana saja orang-orang ini. Kubuka buku agendaku, tak ada kuliah lagi, kubuka lembar selanjutnya, A... Hampir aku lupa, aku ada rapat organisasi, jam setengah sepuluh nanti. Sebentarlah kunikmati dulu saat bersantai ini.
     Brr.. Handphone bergetar, Pesan singkat masuk, aku ditunggu, rapat akan dimulai. Kubayar dan meninggalkan kantin.
       Berjalan, menyelipkan sebatang rokok yang mengepul disela-sela jari, Melewati lorong-lorong kampus. DEG! jantung berdetak ketika melihat dara diarah jam duabelas, aku akan berpapasan. Dara itu menatap kearahku, tersenyum. Aku mulai bingung dan grogi, mulai memikirkan apa yang akan kulakukan, apa yang terbaik. Menyapa? Apa yang harus kukatakan? Berbasa-basi, menanyakan "Eh adek.. kuliah apa?", ah terlalu standar. Aku terus berjalan pelan, Dara itu berjalan mendekat. Sebentar lagi akan berpapasan. Apa? Apa? Apa yang harus kulakukan?. Jarak sepuluh senti dia menabrak lenganku, aku menghindar, hanya berlalu. "Eh ! sumpah sombongg banget!" Dia yang telah berlalu berbalik arah, aku juga berbalik arah. Dia tampak merasa dongkol, cemberut, menyunggingkan muka, sambil tersenyum kecut. Aku hanya tesenyum. Dia tesenyum, kecut. Dara yang manis. Jantung semakin berdetak cepat, Aku berbalik arah dan lenggang meninggalkan senyumnya menuju tempat rapat.
       Didalam forum rapat aku merasa tak fokus. Pikiranku masih kepada Dara manis itu, Kenapa aku terlalu dingin? Ah tapi memang aku sok cool. Ada sedikit penyesalan atas kesempatan di lorong itu. Sudah lama aku bertemu pandang denganya, tapi aku tak meramahinya. Seharusnya aku tadi membalas tubrukannya atas lenganku, tak usah menghindar, kemudian aku tersenyum mengulurkan tangan, "Apa kabar?", kemudian berbasa-basi. Ah tapi itu sudah lewat, waktu tak mungkin kembali, aku tak mungkin berbalik arah mengejar jejaknya, mengejar senyumnya.
        Dia selalu tampak sebagai pemenang ketika berjumpa denganku, Aku ingin lebih menang darinya dengan tampak elegan dan tegar walaupun hanya berbohong, membohongi hatiku yang sebenarnya gundah. Ya aku hanya ingin berbohong, ingin tampak sebagai pemenang didepanmu. Hanya ingin berbohong tapi aku tak pernah bisa berbohong didepanmu. Baiklah kamu memang pemenang. Masalaluku, Dara yang manis.
       "Heh. jangan bengong!" kawanku membuyarkan lamunanku. Aku kaget, kemudian nyengir. Mulai fokus pada rapat., Banyak permasalahan yang dibahas mengenai langkah kedepan, Aku memberi masukan-masukan, Aku memberi tanggapan-tanggapan, dan beberapa kali aku berdebat mengeluarkan statment-statment dalam pengambilan keputusan untuk mufakat. Rapat berlangsung berjam-jam, hingga ditutup, kemudian saling cair dalam suasana. Sejenak aku lupa dengan si Dara. Ah kau masa lalu terus terbayang, mengata-ngataiku sebagai pecundang. Sial! Sudahlah jangan terus menyalah-nyalahkan aku, janganlah memaki mengkritikku, jangan sok menasehatiku, aku sudah tau. Biarkan aku yang menyalahkan diriku sendiri, biar aku dewasa dengan caraku sendiri.
        Jam tiga sore aku duduk di loteng kampus lantai tiga, di tempat persembunyianku. Berada di ketinggian, menatap sore, mengherani orang yang lalu lalang dijalanan sekitar kampus, meramahi angin sore. Hampir saja aku ingin menghilangkan rasa tak menyenangkan tentang masalalu bersama Dara, handphone bergetar. Ku geragapi kantong, mencabut handphone dari dalam kantong. Pesan singkat. Aa ! dari si Dara.

        "Sombong banget sih tadi! huu. Gondok banget, dicueki..." Mungkin dia sedang cemberut kecut. Tapi tetap manis, bertambah manis pasti.
        "Haha.. terus kk harus ngapain?" Aku bingung ingin membalas apa, sekenanya sajalah.
        "Ah besok lagi adek nggak mau kenal kk". Wah sepertinya serius.
        "Yah.. gitu aja marah". Kucoba memastikan, raut wajahku menjadi serius. Mengerenyit.
        "Hmmh.."
        "Iya-iya kk minta maaf ya?" 
        "Oo.. tidak bisa!"
        "Lho kenapa gitu?"
        "Bayar upeti dulu ama tuan putri sini.. Beliin coklat.. =P"
        "Haha iya deh iya tuan putri.. =)"
        "Bener ya?"
        "Kalo inget. hehe"
        "Wuu...!!"
        Kemudian tak kubalas lagi. Biar ku lanjutkan nikmati sore.
      
BERSAMBUNG

0 Komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH