BLOG DALAM PERBAIKAN

Blog "Sebuah Persinggahan" ini untuk sementara waktu sedang diperbaiki... Dikarenakan kurangnya waktu luang dari padatnya agenda, maka mungkin akan memakan waktu yang lama.
Tapi untuk Kawan-kawan dan para pengunjung tetap dipersilahkan menikmati karya-karya yang sudah di post.. silahkan..
Terimakasih atas perhatiannya...

Ketika menjadi penat *Diary mahasiswa* (PART V)

      AH KAMPUS (PART V)

        "Kalo inget. hehe"
        "Wuu...!!"
        Kemudian tak kubalas lagi. Biar ku lanjutkan nikmati sore.
        Aku ingin selalu memaafkannya, meskipun tiada salah. Berlaku seperti biasa-biasa saja, membohongi hati ketika didepannya. Aku masih membiarkan sesuatu itu menari di ruang kosong di sudut hati, walau kadang menyakiti. Lelaki sepertiku apakah bisa disebut lelaki? atau memang aku seorang lelaki. Bukan aku terpuruk, bukan aku duduk menunduk dalam ruang gelap pekat. Tapi memang sulit untukku menghapus begitu saja, aku memang orang yang mudah suka, tapi aku bukan orang yang mudah melupakan. Sebenarnya tak sulit untuk melupakan, tapi ketika dia menampakkan dirinya didepanku maka sesuatu didalam hati ini semakin kencang menari-nari: surrealis; dadaisme; dramatikal; eksperimentalisme!!! Sesuatu itu menari menggunakan properti-properti: pisau; kipas; kapas; kapak; cangkul; kain sutra; dedurian!!!

Ketika Menjadi Penat *Diary Mahasiswa* (PART IV)

Ah Kampus (PART IV)

     "Baiklah kita tutup kuliah pada hari ini", Dosen menutup kelas pada pukul 8:45 ini. Mahasiswa berhamburan, berebut keluar, entah apa yang hendak diburu. Aku tak langsung keluar, menunggu sedikit longgar, Masih ada yang ingin kutanyakan pada dosen, secara personal. Kelas agak sepi, dosen sedang membereskan meja, kuhampiri. "Pak.. Maaf mengganggu sebentar", aku membuka, pak dosen mengangkat kepala menyapa dengan ramah. "Ya" jawabnya singkat. "Masih ada yang ingin saya tanyakan pak, tentang konsep analogi hukum pidana nasional dengan konsep analogi hukum islam". Aku menata notasi dan kata-kata dengan cermat dan hati-hati, ingin tampak elegan dan sopan. "Bagaimana nak?" Dosen sangat ramah, menebarkan senyumnya. Kemudian aku bertanya. Saling menanggapi. Selama beberapa menit berlalu, aku puas, sebelum pamit aku minta maaf karena sering terlambat, dan hari ini juga terlambat. Dosenku hanya tersenyum kemudian menasehati, aku tersenyum malu, menundukkan kepala.  Baik kurasa sudah cukup, kemudian keluar kelas dan mengucapkan terimakasih dengan santun.

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH