Bunga Kertas Emas #cerpen



“Bunga Kertas Emas”

(Karya: Rahman Yaasin Hadi)


Bunga itu masih bersemayam di toples dalam kamarmu. Masih tersimpan, tiada berubah, masih cantik, secantik dulu. Nanti kamu bisa lihat bunga itu tersenyum, kelopaknya yang mekar dan runcing, menari-nari dalam ruang hampa udara toples beningmu. Tapi melihat Bunga Kertas Emas menari, kamu akan seperti diajaknya melihat dia, saat pertama kali membuatkannya untukmu.



Di sebuah senja, di taman batas kota. Waktu itu kamu bilang padanya, jika kamu tak suka melihatnya merokok, lalu dia berkata, jika dia akan membuatkanmu sebuah keindahan dari unsur rokok. Dia mengeluarkan bungkus rokok, mengeluarkan seluruh isinya, dan mengambil kertas kuningan, berwarna emas.



Dia mulai melipat dan melipat, kamu mengamati dengan sabar. Dia mencecap rokoknya lalu tersenyum manis padamu, kemudian melanjutkan melipat dan melipat, kamu masih sabar mengamati. Beberapa menit, terlihat bentuknya, dia persembahkan untukmu setangkai Bunga Kertas Emas. Kamu tersipu malu, sebab begitu indahnya bunga itu. Sejenak kamu lupa jika kamu kesal dengan kebiasaannya merokok.



Kuatlah ketika tarian Bunga Kertas Emas akan menyeretmu pada kenangan itu: Unsur rokok memberi keindahan sekaligus kepahitan. Keindahan sebab bunganya, dan kepahitan sebab kematiannya. Ya, barangkali jika kamu masih bisa mengingat, beberapa waktu yang lalu, kekasihmu itu meninggal direnggut kangker paru-paru. Dia memang mencintaimu, tapi dia juga mencintai rokoknya. Dia mencintai rokoknya, tapi rokoknya tidak mencintai nyawanya.

Cobalah ingat-ingat ketika pemakamannya, tangismu begitu histeris, kamu menjerit, memekik, seperti hendak ikut masuk kedalam liang kuburnya. Tapi kamu tidak masuk, kamu ditahan, dihalang-halangi beberapa pria. Lalu tiba-tiba tubuhmu terasa lemah, kepalamu pusing, dan tiba-tiba kamu terhuyung-huyung dan jatuh tersungkur di tanah. Beberapa pria lalu menolongmu menaikkanmu ke kendaraan bermotor dan membawamu pulang.

Jika kamu tahu, waktu itu kamu pingsan. Tak sadarkan diri. Awalnya orang-orang mengira itu akan terjadi padamu hanya beberapa menit atau jam saja, tapi ternyata mereka salah. Kamu tidur terlalu pulas dalam sedihmu, terlalu lelap, hingga beberapa hari lamanya. Orang-orang panik, dan cemas, lantas membawamu ke rumah sakit. Kamu koma.

Sudah berminggu-minggu lamanya koma. Tapi kini bersyukurlah kamu sudah sembuh.

Kamu sudah ingat?

Kamu depresi, tapi jangan sentuh benda itu. Benda yang telah merenggut kekasihmu. Kamu boleh membiarkan bunga emas itu menari-nari bersama kenanganmu. Tapi kamu jangan dekati rokok ini, kecuali kamu ingin ada orang yang kehilangan, sepertimu kemarin.

Yogyakarta, 3 Maret 2014

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH