“Mencari Sapto”
-Bagian Tiga-
(Karya: Rahman Yaasin Hadi)
Samsul kikuk, dihujani pandangan Pak Polisi dan
Istrinya.
“Lho... Lho... Kok saya?” tak sadar keringat mulai
keluar dari pori-pori Samsul, “Mah bukan papah lho! Kan papah yang mengajak ke
kantor Polisi?” Samsul memandangi istrinya, berusaha meyakinkan. Kemudian
berganti memandang Pak Polisi, “Pak bukan saya lho pak! bukan pak!”
“Makanya, tidak enak kan kalau dituduh? Kalau hanya
curiga itu gampang. Untungnya Polisi adalah lembaga penegak hukum, bukan
penegak politik. Oleh karena itu polisi harus bekerja berdasarkan fakta hukum
pula. Apa Pak... Pak...” Pak Polisi berusaha mengingat nama, “Pak Samsul! Apa
Pak Samsul sudah paham?”
“Baik, biar saya lanjutkan,” Pak Polisi nadanya tenang,
“Kembali ke masalah fakta uang, ini harus dibuktikan dulu, apakah uang dua juta
itu sudah benar-benar diberikan oleh Pak... Pak Andre Sarjana Ekonomi?”
“Biar saya telepon Pak Andre dulu pak?” Heni
menawarkan pada Pak Polisi.
“Ya, tentu.” Pak Polisi mempersilahkan.
Sejurus kemudian, Heni mengeluarkan Ponsel lalu
membuka daftar kontak, dan menelpon Pak Andre Sarjana Ekonomi.
“Mohon loudspeaker
saja bu.” Minta Pak Polisi sopan. Heni mengangguk.
‘tuuut... tuuut... tuuut... tuuut....’ Bunyi panggilan
berkumandang pecah-pecah dari speaker ponsel.
Cukup lama ditunggu, tapi sampai durasi berakhir,
panggilan belum diangkat juga. Heni menggeleng dan memandang Pak Polisi.
“Coba terus bu,” kata Pak Polisi.
Heni memencet tombol panggil lagi. ‘tuuut... tuuut...
tuuut... tuuut....’
“Halo... Halo...” Terdengar pecah-pecah suara
laki-laki dari seberang telepon, latar belakangnya; bunyi-bunyian kendaraan
bermotor lalu-lalang.
“Halo! Halo, Pak Andre, Halo!” Sapa Heni dengan
setengah berteriak pada ponselnya.
“Iya bu Heni?”
-BERSAMBUNG-
Yogyakarta, 1
Maret 2014.