Ayah Pulang #cerpen #rekomendasi


“Ayah Pulang”

(Karya: Rahman Yaasin Hadi)


Hidup sebagai kepala keluarga yang beristri dan memiliki anak, di zaman sekarang ini ternyata sudah berbeda. Dulu waktu saya masih kecil, ketika Bapak pulang, saya, kakak, dan ibu saya, rajin menyambut Bapak dengan hangat.


Waktu itu kadang Ibu, kadang saya, kadang juga kakak saya rajin berseru; “Bapak pulang!” Setelah itu kami berhamburan dari kegiatan masing-masing, berkumpul menuju pintu masuk rumah, lalu antre satu-persatu untuk menciumi tangan Bapak. Setelah Bapak duduk kami berebutan untuk mencopoti sepatu serta kaus kaki beliau. Kami senang jika Bapak pulang, apalagi lebih senang rasanya jika Bapak membawa sesuatu, misalnya; makanan, atau bahan makanan untuk dimasak bersama-sama. Kepulangan Bapak selalu ditunggu-tunggu, sebab bukan hanya karena senang, tapi itu juga bentuk penghormatan kami pada beliau, yang sudah lelah bekerja membanting tulang untuk menghidupi keluarga.

Seperti yang saya katakan di awal tadi, lain dulu lain sekarang. Sebenarnya ingin sekali saya sebagai ayah ataupun suami diperlakukan istimewa ketika pulang. Tapi boro-boro distimewakan, disambut saja bisa dihitung jari. Seharian bekerja itu lelah, tapi lebih lelah lagi ketika mendapati rumah terasa dingin. Saya merasa seperti diacuhkan. Ketika saya pulang, istri dan anak-anak saya sibuk sendiri. Kadang malah mereka tidak ada dirumah, entah kemana. Saya maklumi, mungkin karena sosok ayah sudah tidak sentral lagi seperti dulu. Saya juga maklum, sebab istri saya juga bisa bekerja sendiri, bahkan gajinya lebih besar dari saya. Ya, saya maklum.


Sore ini hujan deras. Sudah setengah jam saya terjebak dikantor. Udara terasa dingin, namun pasti akan lebih dingin lagi rasanya jika saya pulang kerumah. Dari kaca jendela dapat saya lihat, beberapa karyawan pulang naik mobil, namun juga ada yang nekat menembus hujan lebat naik sepeda motor. Mungkin yang menaiki sepeda motor itu sudah tak sabar ingin pulang.

Pendingin ruangan kantor sudah dimatikan. Lampu remang-remang. kubuka jendela, air hujan sedikit-sedikit menciprat masuk. Kunyalakan rokok, sambil memandangi hujan yang tiada reda. Sudah satu jam saya menunggu, dan kantor berangsur sepi.

“Bapak Budi... Bapak Budi...”

Oh, ternyata pak Viktor, kepala bagian administrasi, memanggilku.

“Bapak Budi kok belum pulang?” Pak Viktor mendekatiku, menjabat tanganku dengan ramah.

“Wah, iya, hujan lebat seperti ini pak...” Saya meringis, lalu mengulurkan sebungkus rokok 



“Rokok pak?” Saya menawarkan.



“Iya terimakasih, nanti saja.” Tanganya mencegah, menolak. “Wah, kebetulan, kalau bapak Budi belum ingin pulang, bagaimana jika bapak ikut saya dengan teman-teman, dengan pak Heksa, dan bu Ratna?”


“Lho ikut kemana pak?”

“Kita bangkitkan masa muda kita, bapak. Ya sekedar nongkrong-nongkrong, menonton hujan. Bagaimana? Ikut saja ya? Rame-rame naik mobil saya.” Nadanya setengah memaksa.

Mengerenyitkan dahi, saya pikir-pikir. Mungkin akan asik jika ikut. Toh juga dirumah mau apa, Istri saya tidak akan tanya. Jikapun Istri saya tanya, saya tinggal jawab ada lembur dia tidak akan peduli lagi.

“Ayo ikut sudah pak! Jangan pikir-pikir. Pasti menyenangkan”. Pak Viktor nadanya lebih memaksa, sulit untuk saya tolak.

Saya lihat dibelakang badan pak Viktor, ada pak Heksa, dan bu Ratna, melambai-lambai, membujuk supaya saya ikut.

“Baiklah saya ikut pak.”

Menaiki mobil mewah, milik pak Viktor, kami berempat melaju menembus derasnya hujan ke sebuah kafe.

Suasana kafe menyenangkan, saya sedikit menahan nafas ketika melihat pelayannya cantik-cantik, dan juga ramah. Saya lihat didepan meja saya, bu Ratna juga cantik. Saya baru menyadari jika bu Ratna sungguh cantik. Meski saya kaget, baru tahu jika bu Ratna ternyata merokok, namun dia tetap cantik. Bahkan terlihat lebih cantik ketika jari lentiknya memainkan batang rokok.

“Wah bapak kok dari tadi lihat-lihat saya?” Saya seperti tersedak, kaget, sekaligus kikuk ketika saya ketahuan mencuri pandang pada bu Ratna. Membalas kegenitan bu Ratna, saya hanya bisa tersenyum kecut.

Pak Viktor, Pak Heksa, dan Bu Ratna memesan beberapa botol bir merek impor. Selama puluhan tahun, saya sebenarnya sudah tidak pernah menyentuh benda itu lagi. Tapi nyatanya, dengan tidak sadar, saya juga ikut memesan, bahkan meminumnya cukup banyak. Saya baru ingat jika bir rasanya enak, dan juga hangat. Ternyata saya kangen dengan benda seperti ini.

Ditemani beberapa bungkus rokok, dan berbotol-botol bir, kami berempat mengobrol kesana kemari. Asik, seru, obrolannya menyenangkan, mulai dari mencela para atasan, sampai mengobrolkan sesuatu yang membangkitkan... yah membangkitkan rasa-rasa yang seperti itu. Mudah-mudahan saya kuat, dan tidak terjadi apa-apa.

Saking serunya, tak terasa sudah pukul sepuluh malam. Pak Heksa mengajak pulang, alasannya kenapa, tadi saya tidak dengar dengan jelas, sebab kepala saya sudah mulai kunang-kunang. Mungkin karena terlalu banyak minum bir.

Masuk kedalam mobil pak Viktor.

Saya bisa lihat dari kaca jendela, lampu-lampu kota begitu indahnya gemerlap. Berpendaran dalam senyap. Hujan tidak deras lagi, hanya rintik-rintik. Diluar pasti sangat dingin.

Tak terasa, ternyata didalam mobil tinggal saya dan pak Viktor. Saya sudah berada didepan rumah. Samar-samar saya dengar pak Viktor bilang, jika sepulang kerja, mereka rutin mampir nongkrong seperti tadi. Saya diajak bergabung lagi. Besok saya harus ikut lagi katanya.

Saya membuka pintu mobil, dan hormat pada pak Viktor sambil tersenyum. Entah kenapa pak Viktor seperti orang yang lucu. Perut saya geli. Ingin terpingkal-pingkal rasanya.

Susah sekali berjalan lurus, tapi enak rasanya dunia terasa ringan.

Saya buka pintu rumah.

“Ayah pulang...” Salamku dengan keceriaan.

Ternyata istri saya sudah menunggu di ruang tamu, tapi memandangiku dengan petentengan.

“OOO... AYAH PULANG?!” sapanya dengan membentakku. “DARIMANA?! MANA MOTORNYA?!” Bentakkanya lebih keras, membangunkan saya dari keceriaan.

Saya kaget. Saya juga baru sadar; sepeda motor tertinggal di kantor.

Yogyakarta, 26 Februari 2014.

Mengenai Saya

Foto saya
Mari berteman, Twitter: @RahmanYH